Annyeonghaseyo yeorobun ...

Buat kamu pecinta Korea, baik drakor (drama korea) ataupun K-Pop, tentu sudah tidak asing dengan adegan para aktor dan aktris minum susu pisang atau para Idol yang tertangkap kamera yang sedang menikmati susi pisang kan? Kemunculan adegan tersebut sangat memengaruhi tingkat konsumsi terhadap produk makanan dan minuman dari Korea Selatan. Termasuk saya. Jadi saat saya berada di Korea Selatan pada bulan Oktober 2023, hal yang tidak saya lewatkan adalah mencicipi susu pisang Binggrae.

Sejarah Susu Pisang 

Jungkook, salah satu anggota BTS yang sangat menyukai susu pisang (Foto : Dok. Cosmopolitan Indonesia)

Susu rasa  pisang sudah diproduksi  di Korea Selatan mulai tahun 1974. Diproduksi pertama kali oleh perusahaan bernama Binggrae. Perusahaan ini terkenal dengan produk snack, olahan susu, dan fermentasi.

Susu pisang diproduksi oleh Binggrae karena masalah kekurangan gizi yang melanda Korea Selatan pasca perang. Pisang memiliki banyak kandungan gizi yang pastinya bisa bermanfaat bagi siapa saja yang mengonsumsinya. Saat itu, Pemerintah Korea Selatan juga mendorong warganya untuk minum banyak susu.

Baca juga : Lezatnya Gyeranppang, Perpaduan Manisnya Kue dan Gurihnya Telur

Ketika pertama kali diluncurkan, susu pisang langsung dicintai oleh warga Korea Selatan. Mengingat buah pisang yang sangat langka dan mahal di Korea Selatan karena adanya pembatasan impor. Dengan adanya susu pisang warga Korea Selatan bisa meminumnya tanpa label mahal. Harganya yang masuk akal juga memenuhi tujuan pemerintah untuk membuat masyarakatnya minum susu. 

Karena kepopulerannya, saat ini tak hanya tersedia susu pisang saja, tapi juga dibuat susu dengan aneka rasa buah lainnya seperti rasa strawberry, blueberry, dan sebagainya. Namun meski sudah tersedia berbagai pilihan macam rasa, susu rasa pisang tetap menjadi yang terfavorit.

Kemasan Unik Susu Pisang

Jika kebanyakan kemasan susu pisang berbentuk kotak. Maka susu pisang produksi Korea Selatan ini memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan kemasan susu pada umumnya. Kemasan susu pisang bentuknya seperti botol dengan lekuk pada bagian tengahnya. Ternyata kemasan yang unik dibuat untuk mencerminkan budaya khas Korea Selatan, maka kemasan susu pisang ini dibuat mirip dengan guci tradisional Korea Selatan yang disebut dengan nama hangari. Bentuk yang unik ini ternyata juga membuat orang yang meminumnya merasa nyaman untuk menggenggam kemasannya.

Susu pisang Binggrae telah memenangkan produk susu terlaris selama 3 tahun di pasaran Korea Selatan. Produk ini mengandung 0,32% banana juice concentrate dan terdiri dari 85% susu yang memberikan rasa lembut dan gurih karena kandungan susu alaminya yang tinggi. Selain itu, telah mendapat sertifikasi HACCP dari KFDA yang membuktikan produksi dan pasokan melalui pengelolaan yang aman dan bersih.

Baca juga : Mengenal Samgyetang, Sup Ayam Ginseng Khas Korea Selatan

Menurut saya rasa pisang yang ada pada minuman ini tidak terlalu kuat dan tetap dominan rasa susu. Rasanya enak, segar sekaligus menyehatkan.

Untuk kamu yang ingin mencicipi susu pisang Binggrae, tak perlu jauh-jauh terbang ke Korea Selatan karena produk ini sudah masuk di Indonesia. Kamu bisa membelinya di toko ataupun market place. Hanya saja, di Indonesia produk ini hadir dengan kemasan berbeda, yaitu dalam bentuk tetrapack atau kemasan kotak ukuran 200 ml seperti produk susu kemasan pada umumnya dengan gambar botol aslinya yang dijual di Korea Selatan. Saat di Korea Selatan, saya membelinya dengan harga 2000₩. Di Indonesia sendiri produk ini dibandrol dengan harga Rp. 20.000-an, harga tersebut memang termasuk dalam kategori mahal untuk penjualan jika dibandingkan dengan produk susu lain yang ada di Indonesia. 

Berangkat Menuju Lokasi Pelatihan

Baca juga : Menjadi Disabilitas Mandiri, Tangguh dan Berprestasi Di Tengah Keterbatasan

Meski hujan, peserta tetap semangat mengikuti pelatihan konten kreator untuk disabilitas (Foto : Dok. Pak Suwito)

Kak Tio memaparkan materi mengenai 4 pilar literasi digital (Foto : Dok. Pak Suwito)

Berbagi Pengalaman sebagai Konten Kreator Disabilitas

Foto bareng selesai podcast (Foto : Dok. Pak Suwito)

Baca juga : Terbang Tinggi Menggapai Mimpi Dalam Keterbatasan

Praktik Menjadi Konten Kreator

Peserta pelatihan praktik melatih kepercayaan diri berbicara di depan umum (Foto : Dok. Pak Suwito)

Praktik bersama salah satu peserta pelatihan disabilitas netra (Foto : Dok. Pak Suwito)

Foto bersama di akhir acara (Foto : Dok. Pak Suwito)

Kita tidak bisa memilih menjadi terlahir seperti apa dan darimana keluarga kita berasal. Sebab semua sudah tertulis indah di Lauhul Mahfuzd. Apa yang terjadi pada diri kita sudah menjadi sebuah takdir dan ketetapan-Nya. Begitu pula ketika Tuhan memberikan sebuah penyakit langka seperti yang sama miliki yaitu Friedreich's Ataxia. Saya ataupun keluarga tak kuasa menolaknya. Yang bisa dilakukan hanyalah legowo dan menjalaninya dengan sebaik mungkin. 

Penyakit langka adalah penyakit yang jumlah penderitanya sangat sedikit. Didefinisikan sebagai penyakit langka jika jumlah penderitanya tidak lebih dari lima orang dari 100.000 orang penduduk, atau tidak lebih dari 0,5% penduduk. Jadi jika suatu negara berpenduduk 200 juta orang, maka penderita penyakit langka tidak lebih dari 100.000 orang. Dan sampai saat ini sudah ditemukan atau teridentifikasi lebih dari 6000-8000 jenis penyakit langka dan jumlah ini akan terus bertambah. 

Baca juga : Adelio, Pejuang Poland Syndrome Pertama di Indonesia

Sebagian penyakit langka sudah ditemukan obatnya, tetapi kebanyakan belum ditemukan obatnya. Jikapun ada obatnya, harganya sangatlah mahal dan sulit untuk mendapatkannya. Di Indonesia sendiri obat harus di-import dari negara lain. Sudah dibayangkan seberapa mahal ya ‘kan? Karena jumlah penderitanya sangat sedikit, perusahaan farmasi enggan memproduksi obat-obatan untuk penderita penyakit langka. 

Dari segi bisnis, memproduksi obat-obatan untuk penderita penyakit langka tidaklah menguntungkan, bahkan merugikan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi telah banyak dilakukan penelitian oleh para ahli untuk menemukan obat dari masing-masing penyakit langka. Contohnya saja penyakit langka yang saya miliki yaitu Friedreich’s Ataxia. FARA (Friedreich's Ataxia Research Alliance) yang berpusat di USA, setiap waktu melakukan pengembangan penelitian guna kesembuhan bagi para pasien Friedreich’s Ataxia di seluruh dunia. Tentu saja ini menimbulkan secercah harapan akan sebuah kesembuhan. 

Sebenarnya saya sudah terlihat ‘berbeda’ dengan teman-teman saya yaitu terletak pada bentuk kaki saya yang high arches yang menyebabkan saya tidak bisa berjalan jauh. Berjalan dua atau tiga meter saja sudah merasa capek, serta hilangnya keseimbangan ketika berjalan. Yang tanpa tersadar tiba-tiba saja saya terjatuh. Meskipun begitu saya tidak pernah merasa berbeda karena saya tinggal di lingkungan yang kondusif. Lingkungan tempat tinggal saya lebih melihat kemampuan yang saya miliki bukan berfokus pada keterbatasan fisik saya.

Menjalani kehidupan sebagai penyandang penyakit langka itu tidak mudah karena harus melawan sakit setiap hari, melakukan terapi dan pengobatan yang tentu saja menguras isi kantong. Harus sering bolak-balik ke rumah sakit. Ya bisa diibaratkan rumah sakit seperti rumah kedua bagi kami para penyandang penyakit langka. 

Bergabung dengan Indonesia Rare Disorders

Bertemu dengan keluarga Indonesia Rare Disorders (IRD) di Dinsos Jateng  memperingati Rare Diseases Day 2020 (Foto : Dok. Pribadi)

Sudah satu tahun lebih saya bergabung dengan Indonesia Rare Disorders (IRD) yang memiliki anggota lebih dari 500 orang yang berasal dari seluruh wilayah di Indonesia bahkan ada pula anggotanya yang berdomisili di luar negeri. Anggota Indonesia Rare Disorders terdiri dari para penyandang penyakit langka itu sendiri, orang tua yang bertindak sebagai caregiver, perawat, dokter ahli konselor dan dokter-dokter ahli pada bidangnya masing-masing.

Baca juga : Seckel Syndrome, Berperawakan Kecil Tak Lebih dari 100cm

Perkenalan saya dengan Indonesia Rare Disorders bermula dari postingan Koko Prabu yang juga memiliki putra dengan penyakit langka yaitu Cornelia de Lange Syndrome (CdLS). Dari postingannya lah saya menanyakan tentang penyandang Friedreich’s Ataxia, tapi hasilnya nihil. Koko Prabu adalah salah satu pendiri Indonesia Rare Disorders bersama dua temannya yaitu Yola Tsagia dengan putrinya yang memiliki penyakit langka Treacher Collins Syndrome (TCS) dan Wynanda B S Wibowo dengan putrinya yang memiliki penyakit langka yaitu Cry Du Chat Syndrome (CdCS)

Indonesia Rare Disorders adalah sebuah komunitas untuk saling berbagi serta menguatkan satu sama lain. Sebagai penyandang penyakit langka dewasa, melihat curahan hati para orangtua, sayapun berpikir, "Mungkin seperti itu pula yang orang tua saya rasakan atas kondisi yang saya miliki.” Seperti contoh paling sederhana adalah curhatan seorang ibu, ketika anaknya dipandang rendah orang lain karena penyakit langka yang dimiliki. Apalagi jika penyakit langka itu bisa dilihat jelas dari fisiknya. Bahkan, ada kejadian seorang ibu hamil yang bertemu dengan penyandang penyakit langka langsung mengelus perutnya dan berkata "amit-amit jabang bayi" Hati siapa yang tidak teriris ketika mendengarnya. Saya sendiri yang tidak pernah mengalaminya turut bersedih, apalagi orang tuanya. Tenang saja penyakit langka itu tidak menular kok. Sekalipun kalian bersentuhan langsung. 

Odilia, Odalangka Treachers Collins Syndrome (Foto : Dok. Yola Tsagia)

Oyik,Odalangka Cornelia de Lange Syndrome (Foto : Dok. Koko Prabu)

Kirana, Odalangka Cry Du Cat Syndrome (Foto : Dok. Wynanda S)

Perlakuan Diskriminatif Terhadap Odalangka (Orang dengan Kelainan Langka)

Banyak perlakuan diskriminatif lain yang diterima para penyandang penyakit langka. Dalam masalah pendidikan misalnya secara sepihak, sekolah mengeluarkan anak didiknya karena takut dianggap tidak bisa mengikuti mata pelajaran sehingga menganggu proses belajar mengajar. Sampai segitunya ya, padahal para penyandang penyakit langka itu hanya memiliki keterbatasan di gerak fisiknya saja bukan pada kemampuan kognitifnya. Beruntung sekarang ada sekolah inklusi. Ya, meski jumlahnya terbatas dan hanya bisa ditemui di kota-kota besar. Para penyandang penyakit langka tidak butuh dikasihani hanya butuh dimengerti serta diterima dengan hati. Kami juga bisa berprestasi asal diberi kepercayaan dan kesempatan. Keterbatasan yang kami miliki bukanlah halangan untuk meraih mimpi. 

Hari Penyakit Langka Sedunia

Keberadaan para penyandang penyakit langka memang sering terabaikan. European Organisation for Rare Diseases (EURORDIS), sebagai penggagas, menyatakan setiap tanggal terakhir di bulan Februari diperingati sebagai Hari Penyakit Langka. Yang sudah dirayakan secara global sejak tahun 2008. Hari Penyakit Langka bertujuan untuk meningkatkan awareness, pemahaman masyarakat tentang arti apa penyakit langka itu sendiri dan tantangan yang dihadapi oleh pasien, caregiver, perawat, dokter, ahli medis serta komunitasnya.

Setiap tahunnya peringatan Hari Penyakit Langka mengusung tema yang berbeda. Tahun 2016, tema yang diusung adalah Join Us In Making The Voice Of  Rare Diseases Heard. Dan di Indonesia baru memperingatinya di tahun 2016, yang diprakarsai oleh  Indonesia Rare Disorders untuk pertama kalinya. Wow … Amazing!

Untuk tahun 2017, temanya adalah With Research Possibilities Are Limitless. Dengan penelitian meski dengan segala keterbatasan baik secara finansial ataupun data-data dari pasien penyakit langka di seluruh dunia. Dengan penelitian yang terus dilakukan dan dikembangkan dapat membawa masa depan yang cerah dan penuh harapan bagi para penyandang penyakit langka. Penelitian yang sedang dilakukan juga tak lepas dari dukungan semua pihak yang terkait.

Peringatan Rare Diseases Day 2018 di Jakarta, Indonesia (Foto : Dok. IRD)

Mari tingkatkan awareness kita terhadap penyakit langka. Dukungan kalian sangat berarti bagi kami para penyandang penyakit langka yang berjuang setiap hari untuk melawan penyakit yang kami miliki. 

Bahwa kami Nyata ada di sekitar kalian.  Kami memang Langka karena jumlah kami yang sedikit, tapi kami juga bisa Berdaya seperti orang lain pada umumnya.

Salam  Rare,

Langka, Nyata dan Berdaya

Individually we are rare, together we are strong!

Tak lengkap rasanya jika ke Korea Selatan tidak mengunjungi Myeongdeong Street. Alhamdulillah, selama mengikuti benchmarking ke Korea Selatan pada bulan Oktober 2023 lalu, saya mempunyai kesempatan sebanyak dua kali untuk mengunjungi Myeongdeong.

Selain terkenal dengan pusat perbelanjaan mulai dari fashion hingga kosmetik. Myeongdeong juga terkenal dengan street food-nya.

Saat pertama kali ke Myeongdeong dan turun dari mobil, aroma makanan sudah menguar dan menggoda selera. Berbagai makanan di kiri dan kanan ditawarkan pedagang hingga bingung sendiri mau beli dan mencicipi jajanan apa? 

"Yuk kita coba roti telur yang dimakan sama Nagita Slavina waktu ke Myeongdeong," ajak Bu Mila, panitia dari Paradifa. Saya dan teman-temanpun menyetujui ajakan Bu Mila. Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya kami menemukan penjual kue telur  atau Gyeranppang.

Apa Itu Gyeranppang? 

Gyeranppang berasal dari dua kata yaitu Gyeran yang berarti telur, dan ppang yang berarti roti.

Untuk kamu yang pertama kali mendengar kue telur mungkin akan mengernyitkan dahi sambil membayangkan bentuknya juga rasanya. Namun dua komponen ini yaitu roti dan telur jika digabungkan bisa menjadi jajanan yang enak dan cukup mengenyangkan juga bisa mengganjal perut sebelum waktu makan malam tiba. Ya, ketika itu saya mencicipi Gyeranppang adalah ketika sore hari. 

Rasa gyeranppang manis untuk bagian kuenya dan gurih untuk bagian telurnya. Teksturnya lembut dan mengembang. Bentuknya lonjong dan berongga. Ketika Gyeranppang matang, penjual akan membungkusnya dengan menggunakan sejenis kertas karton dan diserahkan ke tangan pembeli selagi hangat. Selain lezat, harga Gyeranppang juga terjangkau yaitu 3000 won.

Gyeranppang juga mudah ditemui di berbagai penjual makanan yang tersebar di Korea Selatan. Jadi jika kamu berkesempatan bepergian ke negeri ginseng, pastikan untuk mencoba gyeranppang ya!