Di dalam harta yang kita miliki dan dapatkan terdapat hak orang lain. Jadi sudah sepantasnya jika memiliki rezeki harus saling berbagi. Ajaran untuk berbagi juga saling memberi sudah harus ditanamkan orangtua sejak dini.
Berbagi bukan hanya berupa uang tapi juga berbagi cerita, makanan, dan segala hal yang penting dalam hidup kita. Sudah lumrah jika memberi sesuatu yang tidak sukai, tapi sungguh mulia jika memberi/berbagi apa yang kita sukai.
Manusia adalah makhluk sosial yang berarti setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain, kita membutuhkan orang lain, dan orang lain pun membutuhkan kita, karena hal itu kita harus berbagi dan orang lain akan berbagi kepada kita juga.
Berbagi kepada sesama adalah salah satu hal penting dalam hidup, karena tanpa berbagi kita sebagai manusia kehilangan arah dan arti dari makhluk sosial itu sendiri. Sebagai mahkluk sosial memiliki kewajiban untuk berbagi apapun yang dimiliki. Berbagi dengan apa yang kita punya. Berbagi tidak perlu datang ke semua tempat orang yang mengalami kesusahan. Mulailah berbagi dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Tidak hanya berbagi finansial, bisa juga dari mental, seperti membagikan cinta kasih kepada orang lain yang terlihat sangat down, patah semangat, putus asa atau saat orang lain sakit, kita bisa berbagi semangat agar cepat sembuh juga menghibur teman yang sedang bersedih.
Berbagi bukan hanya kepada sesama manusia saja, tetapi bisa kepada hewan dan tumbuhan. Berbagi tidak harus dalam jumlah besar, apalagi berbentuk harta. Berbagi bisa dalam bentuk apa saja. Besar kecilnya harta atau apapun yang kita beri bukanlah patokan pahala yang akan diterima. Berbagi, harus tulus dan ikhlas. Misal contoh berbagi dalam bentuk sederhana adalah tersenyum. Berbagi senyuman pada setiap orang yang kita temui. Bukankah tersenyum juga termasuk salah satu ibadah dan bentuk sedekah yang paling ringan?
Ajaran berbagi dalam keluarga saya sudah ditanamkan sejak dini oleh orangtua. Berbagi kepada kakak, adik, sahabat, saudara, tetangga dan lingkungan sekitar. Contoh sederhana ajaran berbagi yang sering dilakukan Ibu saya adalah berbagi makanan. Ya, saat Ibu memasak, beliau selalu melebihkan masakannya.
“Jangan sampai kalau memasak, tetangga hanya mencium aroma masakannya saja, lebihkan jumlahnya walaupun hanya kuahnya. Jangan sampai kita makan dan kenyang sementara ada tetangga yang kelaparan.”
Bukanlah seorang hamba-Nya yang beriman jika mengetahui ada tetangganya yang kelaparan. Seseorang tidak boleh membiarkan tetangganya kelaparan. Bahkan ia harus turut membantu mengatasi kelaparan itu. Makanan yang diberikan pun harus makanan yang sehat dan bergizi bukan makanan yang sudah basi atau tidak layak untuk dikonsumsi. Adapun tujuan berbagi adalah untuk meraih dan mendapatkan keridhoan Allah semata, bukan untuk mengharap balasan dari orang yang diberi makan dan bukan pula ucapan terima kasih.
Bukan untung yang dicari, tapi keberkahan-Nya. Untung dan berkah itu jelas berbeda. Jika untung adalah soal angka atau nominal sedangkan keberkahan adalah soal manfaat dan kebaikan. Bisa saja saat seseorang melakukan kegiatan berbagi, ia memperoleh untung besar. Misalnya keuntungan itu dari sisi sosial. Seseorang yang suka berbagi, tentu akan dinilai masyarakat sebagai sosok pribadi yang dermawan. Namun apakah itu bisa membuatnya bahagia? Belum tentu, bisa jadi mengurangi pahala yang diperoleh karena berbagi ingin dipuji dan dilihat oleh manusia. Sedangkan berkah adalah hal yang Allah ridhoi. Insya Allah akan membawa pada kebaikan dan meningkatnya derajat seorang manusia di mata Allah.
Ajaran berbagi makanan pada tetangga sudah terjadi secara turun temurun. Nenek saya pun melakukan hal yang sama. Jadi saat nenek berbagi hantaran ke tetangga, beberapa hari kemudian tetangga tersebut mengembalikan tempat makanan itu. Dan wadah makanan itu diisi kembali dengan jenis masakan yang berbeda. Hal demikian selalu terjadi berulang-ulang. Tidak ada wadah makanan dikembalikan pada pemiliknya dalam keadaan kosong.
Pernah suatu hari, saat Ibu tidak memasak karena sakit dan berniat untuk membeli makanan di luar. Pintu rumah ada yang mengetuk, saat dibuka seorang tetangga memberikan masakan. Pertolongan Allah datang di waktu yang tepat. Seperti kata pepatah, apa yang kita tanam maka itu pula yang akan kita petik. Saat berbagi lakukan semata karena Allah. Jangan pernah mengharapkan balasan pada orang yang telah kita beri. Sebab balasan pahala kebaikan datang dari segala penjuru. Sesungguhnya jika kita berbuat berbaik, sebenarnya kita sudah berbuat baik pada diri sendiri.
Di bulan Juni 2017, saya terlibat dalam suatu acara besar yaitu Berbagi Kursi Roda Kasih yang diadakan bunda Anne Avantie, menggandeng Komunitas Sahabat Difabel sebagai mitra, di Wisma Perdamaian. Tak tanggung-tanggung kursi roda yang dibagikan sebanyak 1000 buah kursi roda untuk orang-orang yang membutuhkan.
Saya sangat bersyukur dan sungguh terberkati bisa dilibatkan dalam acara tersebut. Bagaimana tidak? Di acara Berbagi Kursi Roda Kasih saya diberi amanah untuk menjadi MC. Saya berkesempatan nge-MC bareng Mas Bagas seorang MC profesional. Dari Mas Bagas saya belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan audience. Selain itu dalam acara Berbagi Roda Kasih saya juga berkesempatan untuk berbagi pengalaman dalam menjalani hidup sebagai seorang difabel karena kelainan langka Friedreich's Ataxia.
Diberi amanah untuk menjadi MC dan belajar public speaking bersama Mas Bagas (Foto : Dokumentasi pribadi)
1000 kursi roda yang dibagikan untuk membantu mobilitas para difabel (Foto : Dokumentasi pribadi)
Saya sungguh tidak menyangka, dari hal yang saya lakukan dengan berbagi pengalaman hidup membuat seorang perempuan difabel menjadi terinspirasi dan lebih bersemangat setelah mendengar pengalaman dan melihat saya yang memiliki keterbatasan fisik tetapi tidak menghalangi saya untuk tampil di depan umum dan bersosialisasi. Saya benar-benar terharu.
Selain belajar apa arti berbagi dari keluarga, saya juga belajar dari relawan pengajar di Roemah Difabel yang terletak di Jl. MT. Haryono 266, Semarang. Roemah Difabel adalah tempat dimana difabel Semarang untuk berkreasi, berkarya dan mengukir prestasi. Setiap hari Roemah Difabel tak pernah sepi. Senin sampai Sabtu diisi dengan kegiatan/pelatihan sesuai dengan bakat dan minat difabel itu sendiri. Semua pelatihannya gratis. Tidak dipungut bayaran sepeserpun. Pengajarnya adalah para relawan. Orang-orang yang memiliki panggilan jiwa untuk mengabdi serta membagikan ilmu, tenaga dan waktu yang mereka miliki kepada para difabel. Para relawan pengajar di Roemah Difabel memiliki kompetensi serta dedikasi yang luar biasa di bidangnya masing-masing dari mulai pelatihan penulisan kreatif, bahasa Inggris, photography, musik, vokal, sulam pita dan menjahit.
Pelatihan penulisan kreatif bersama Swita Amalia Hapsari yang sudah berpengalaman di dunia menulis selama 10 tahun (Foto : Dokumentasi pribadi)
Pelatihan bahasa Inggris diberikan di Roemah Difabel diharapkan agar para difabel bisa berprestasi hingga tingkat internasional (Foto : Dokumentasi pribadi)
Belajar komputer agar teman difabel melek teknologi (Foto : IG KSD)
Mengasah ketrampilan menjahit sebagai bekal agar bisa mandiri secara finansial (Foto : IG KSD)
Tak perlu menggunakan kamera DSLR, memotret menggunakan kamera smartphone pun bisa (Foto : IG KSD)
Apa yang saya dapatkan dan pelajari harus dibagikan kepada orang lain, agar manfaatnya tidak berhenti dan dinikmati oleh diri sendiri. Bukankah salah satu amalan yang tetap mengalir pahalanya meski kita sudah meninggal adalah ilmu yang bermanfaat? Maka saat diberi kesempatan Bu Noviana Dibyantari, founder dan inisiator Komunitas Sahabat Difabel untuk berbagi cara membuat kolase di Kelurahan Rowosari yang diselenggarakan oleh HMPS Manajemen Pemasaran Universitas Diponegoro (UNDIP), saya ambil kesempatan itu. Sempat dilanda rasa grogi karena saya baru tahu beberapa hari sebelum pelatihan jika pelatihan kolase akan diikuti oleh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
“Wah, sebuah tantangan dan kesempatan yang tidak akan datang dua kali,” pikir saya.
Saya langsung menghubungi mbak Riska Farasonalia melalui WhatssApp untuk berdiskusi hal-hal apa saja yang harus saya persiapkan untuk pelatihan kolase. Mbak Riska adalah pelatih kolase di Roemah Difabel.
Saat pelatihan kolase, adik-adik istimewa antusias duduk berjejer. Satu ABK didampingi seorang mahasiswa. Dari 35 adik-adik istimewa, satu anak yang menarik perhatian lebih dari saya. Siti, anaknya aktif dan tidak bisa diam. Sempat tantrum, tapi Alhamdulillah situasi bisa dikendalikan. Siti pun mau membuat kolase.
Pelatihan kolase berjalan lancar dan sukses. Senyum terpancar dari adik-adik istimewa. Bangga dan terharu melihat kepedulian mahasiswa HMPS Managemen Pemasaran terhadap ABK. Dari mulai menemani ABK bermain dengan segala tingkah polah mereka.
Berbagi cara membuat kolase untuk ABK dari atas kursi roda (Foto : Dokumentasi pribadi)
Siti anak yang aktif dan tidak bisa diam juga sempat tantrum, akhirnya bisa menyelesaikan kolase buatannya (Foto : Dokumentasi pribadi)
Foto bersama dan menunjukkan hasil kolase masing-masing (Foto : Dokumentasi pribadi)
Berbagi bisa dilakukan dimana saja dan untuk siapa saja. Di bulan Februari 2018, saya beserta anggota Komunitas Sahabat Difabel dan lintas komunitas berkesempatan untuk berbagi kasih di Rumah Sakit Umum Daerah K.R.MT, Wongsonegoro. Tak hanya berbagi kasih sayang saja, tetapi juga berkesempatan membagikan 300 souvenir berupa gantungan kunci dan bros hasil karya teman-teman difabel juga berbagi nasi.
Masih teringat jelas dalam ingatan saat saya memasuki pintu ruang perawatan, melihat senyum bahagia para pasien melihat kedatangan saya, teman-teman Komunitas Sahabat Difabel dan lintas komunitas, menyambut dengan ramah meski badan lemas serta infus yang masih terpasang di tangan dan beberapa diantaranya menggunakan alat bantu pernapasan. Berbincang dengan para pasien meski sejenak, menghibur dan memberi semangat serta tak lupa mendoakan agar Allah segera mengangkat penyakitnya dan bisa beraktivitas kembali seperti semula. Dari acara Berbagi Kasih di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro saya belajar untuk lebih bersyukur. Meskipun saya difabel, tapi saya masih diberi nikmat sehat.
Berbagi bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk bagi difabel. Meski memiliki keterbatasan tetapi tidak menghalangi semangat untuk berbagi. Sudah menjadi agenda rutin di Komunitas Sahabat Difabel untuk berbagi takjil yang akan dibagikan untuk orang-orang di sekitar Roemah Difabel.
Mengobrol, menghibur dan memberi semangat serta tak lupa mendoakan para pasien agar Allah segera mengangkat penyakitnya (Foto : Dokumentasi pribadi)
Mengunjungi dan membagikan souvenir dan makanan ke pasien didampingi para relawan dan dokter (Foto : Dokumentasi pribadi)
Berbagi bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk bagi difabel. Meski memiliki keterbatasan tetapi tidak menghalangi semangat untuk berbagi. Sudah menjadi agenda rutin di Komunitas Sahabat Difabel untuk berbagi takjil yang akan dibagikan untuk orang-orang di sekitar Roemah Difabel.
Rasa kekeluargaan sangat terasa saat anggota Komunitas Sahabat Difabel merencanakan acara berbagi takjil ini dari mulai bermusyawarah untuk menentukan menu makanan apa yang akan dibagikan, saat proses memasak juga membungkus makanan ke dalam plastik.
Tak hanya itu saja, bahkan saat anggota Komunitas Sahabat Difabel berbagi takjil gratis petugas keamanan dengan sigab membantu mengatur lalu lintas jalan. Difabel daksa pemakai kursi roda yang tidak bisa mengayuh kursi rodanya sendiri dibantu didorong temannya sesama difabel Tuli. Hal ini menunjukkan kekurangan yang dimiliki seseorang bisa menjadi pelengkap atau penyempurna bagi orang lain. Tidak ada yang Allah ciptakan ke dunia ini dalam keadaan sia-sia. Ada maksud dan tujuan mengapa Allah menciptakan seorang hamba-Nya.
Keterbatasan fisik bukan halangan untuk berbagi (Foto : IG KSD)
Menyusuri jalan untuk berbagi takjil (Foto : IG KSD)
Jangan takut berbagi! Keterbatasan bukanlah halangan untuk berbagi, termasuk keterbatasan fisik. Sebagai difabel yang memiliki passion dan mulai menekuni dunia literasi sejak tahun 2015. Saya pun berbagi apa yang saya miliki. Misalnya saja berbagi bagaimana caranya untuk mengirimkan karya ke media massa, berbagi cara menulis, berbagi semangat dan berbagi apapun selama saya mampu dan bisa.
Jangan takut berbagi! Berbagi untuk sesama tak perlu menunggu kaya. Jika saya mentraktir teman bukan berarti saya kaya. Saya berusaha membiasakan diri untuk memberi bukan diberi. Berusaha untuk menjadi orang yang “lebih”. Alangkah baiknya tangan di atas daripada tangan di bawah. Dengan berbagi, saya bahagia.
Hidup bukanlah tentang seberapa banyak kita menerima, tapi tentang seberapa banyak kita memberi. Jangan mengharapkan balasan dari orang yang telah kita berikan sesuatu dari tangan kita di masa yang lampau. Sebab kebaikan akan datang dari siapa saja dan kapan saja. Indahnya hidup, bukanlah seberapa banyak orang mengenal kita, tapi seberapa banyak orang yang bahagia karena kita.
Berbahagia dengan cara sederhana, maka sederhana pula cara mendapat sebuah kebahagiaan. Jangan terlalu sibuk untuk mencari kebahagiaan sehingga lupa bagaimana cara bersyukur. Salah satu cara bentuk syukur adalah dengan berbagi melalui Dompet Dhuafa, lembaga yang amanah dengan memberikan laporan rutin dan update informasi yang transparan. Dengan begitu apa yang sudah kita bagikan bukan hanya sekedar menuntaskan kewajiban, tetapi memberikan makna tersendiri bagi mereka yang membutuhkan.
Berbahagia dengan cara sederhana, maka sederhana pula cara mendapat sebuah kebahagiaan. Jangan terlalu sibuk untuk mencari kebahagiaan sehingga lupa bagaimana cara bersyukur. Salah satu cara bentuk syukur adalah dengan berbagi melalui Dompet Dhuafa, lembaga yang amanah dengan memberikan laporan rutin dan update informasi yang transparan. Dengan begitu apa yang sudah kita bagikan bukan hanya sekedar menuntaskan kewajiban, tetapi memberikan makna tersendiri bagi mereka yang membutuhkan.
Berbagi dengan Dompet Dhuafa menjadi lebih mudah, bermanfaat dan bermakna karena memberikan banyak pilihan layanan untuk menyalurkan donasi melalui
2. Transfer Bank
3. Counter
4. Care Visit (meninjau langsung lokasi program)
5. Tanya jawab zakat
6. Edukasi zakat
7. Laporan donasi.