Uka Si Lambat Bukan Pemalas adalah fabel karya saya yang dimuat di rubrik HaNa (Halaman Anak) Majalah Utusan edisi no. 11 tahun ke-71 bulan November 2021.
Selamat Membaca!
UKA SI LAMBAT BUKAN PEMALAS
Oleh : Yeni Endah
Uka si Kukang, Apir si Tapir, Rino si Badak dan Epan si Gajah tinggal di Taman Nasional Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat
Dua hari yang lalu jembatan di Taman Nasional Siberut roboh akibat diterjang banjir. Apir si Tapir, Rino si badak dan Epan si Gajah gotong royong memperbaiki jembatan. Namun hanya Uka yang tidak datang.
“Di mana Uka? Kenapa dia tidak membantu kita? Apa kamu tidak memberitahu Uka?” tanya Epan pada Rino sambil menyingkirkan batang pohon dengan belalainya.
“Aku sudah memberitahunya. Bahkan sebelum datang ke sini, aku sudah menghampirinya untuk berangkat bersama, tapi ...” Rino menghentikan perkataannya.
“Tapi apa?” Epan penasaran.
“Pasti Uka sedang tidur,” sela Apir.
Rino mengangguk.
“Lebih baik kita tidak usah mengajak Uka untuk memperbaiki jembatan dengan kita. Uka pemalas, jalannya saja lambat dan santai, ia juga suka tidur sepanjang hari. Tidur saat pagi dan baru bangun menjelang petang,” kata Apir kesal. Seluruh penghuni Taman Nasional Siberut mengenal Uka sebagai hewan yang pemalas.
Baca juga : Cara Menulis Fabel Ala Yeni Endah
“Kita tidak boleh seperti itu! Bagaimanapun Uka adalah salah satu penghuni Taman Nasional Siberut, jadi harus dilibatkan,” ucap Epan bijak.
Selesai memperbaiki jembatan di hari pertama dan sebelum pulang ke rumah, Epan sengaja mampir ke rumah Uka untuk mengajaknya ikut memperbaiki jembatan. Saat tiba di rumah Uka, ia baru saja bangun.
“Bagaimana proses perbaikan jembatan hari ini? Apa sudah selesai?” Uka mengawali obrolan.
“Belum Uka, kami baru membersihkan ranting pohon dan sampah yang terseret arus banjir dan meletakkannya di pinggir sungai. Untuk memperbaiki jembatan tidak bisa selesai hanya dalam waktu satu hari saja,” jelas Epan.
“Uka, Apa besok kamu bisa datang membantu kami memperbaiki jembatan?” Epan memastikan.
“Maaf aku tidak bisa datang. Bukannya tidak mau membantu, tapi aku sangat terganggu dengan pantulan sinar matahari.” Uka tertunduk sedih. Epan memahami keadaan Uka yang termasuk hewan nokturnal atau hewan yang aktif beraktivitas di malam hari.
Baca juga : Cara Menulis Cerita Anak Ala Yeni Endah
Sebagai salah satu penghuni Taman Nasional Siberut, Uka tidak mau hanya berdiam diri saja, sementara teman-temannya bahu membahu memperbaiki jembatan. Setelah berpikir, akhirnya Uka menemukan ide agar tetap bisa membantu teman-temannya.
“Epan, Apa boleh aku ikut membantu memperbaiki jembatan dengan caraku sendiri?” pinta Uka.
“Tentu saja boleh Uka, tapi dengan cara bagaimana kamu akan membantu kami?” Epan penasaran.
“Nanti kamu juga akan tahu."
***
Keesokan harinya saat akan memperbaiki jembatan, Epan, Rino dan Apir terkejut melihat buah-buahan yang ada di pinggir sungai.
“Buah milik siapa ini?” tanya Rino heran.
“Buah-buahan itu milik kalian. Aku yang memetiknya untuk kalian,” jawab Uka yang tiba-tiba datang dan sudah berada di antara mereka.
“Apa maksudmu Uka?” tanya Apir tak mengerti.
“Maafkan aku teman-teman, aku tidak bisa membantu kalian memperbaiki jembatan. Jadi aku memilih untuk membantu dengan caraku sendiri. Aku memetik buah-buahan ini sebagai bahan makanan untuk kalian. Agar kalian memiliki tenaga untuk memperbaiki jembatan,” jawab Uka.
Baca juga : Teknis Pengiriman Naskah Cernak (Cerita Anak) ke Media
“Teman-teman, Uka bukannya pemalas dan tidak mau membantu kita, tapi ia tidak bisa terkena sinar matahari dan terbiasa beraktivitas di malam hari. Jadi Uka memilih membantu memperbaiki jembatan dengan caranya sendiri. Dengan tubuhnya yang lentur, ia bisa leluasa meliuk di cabang pohon bahkan bergelantungan terbalik untuk memetik buah-buahan. Uka juga pandai memilih buah-buahan yang matang dan manis untuk kita. Buah-buahan ini bisa kita makan saat istirahat siang nanti sebagai asupan energi dan memberikan tenaga bagi kita untuk memperbaiki jembatan. Jadi kita tidak perlu repot memetik buah sendiri,” jelas Epan.
Rino dan Apir mengangguk mengerti.
“Maafkan kami Uka,” kata Rino dan Apir hampir bersamaan. Mereka menyadari kesalahpahaman mereka selama ini. Uka tersenyum bahagia dan bersyukur teman-temannya sudah memahami dirinya.
“Uka bukan pemalas, hanya bergerak lambat dan suka tidur panjang untuk menghemat energi. Begitulah Tuhan menciptakan setiap makhluk ciptaan-Nya dengan keunikan masing-masing. Mulai dari bentuk tubuh, tempat tinggal hingga kebiasaanya,” ucap Epan lalu mengajak Apir dan Rino untuk kembali memperbaiki jembatan. Sementara Uka berpamitan pulang ke rumah dan malam harinya ia akan kembali memetik buah-buahan untuk ketiga temannya.
SELESAI