IMPIAN ODI
February 11, 2021
Sabtu pagi, 06 Februari 2021 saya menerima pesan baik di instagram ataupun dari facebook dari teman sesama penulis. Mereka mengabarkan jika cernak saya berjudul "Impian Odi" dimuat di Kedaulatan Rakyat edisi Jumat, 05 Februari 2021. Saat menerima berita tersebut saya kaget. Saya hampir lupa jika pernah mengirim cernak ke Kedaulatan Rakyat karena naskah ini saya kirim bulan Oktober 2020. Lumayan lama ya masa tunggu. Bahkan saya berpikir tidak akan dimuat, tapi kalau sudah rezeki tidak akan tertukar.
Selamat membaca!
Mari berkarya dengan cinta dan ketulusan!
IMPIAN
ODI
Oleh : Yeni Endah
Pukul tujuh pagi bel tanda masuk sekolah berbunyi. Murid-murid berbaris rapi lalu masuk ke kelas dengan tertib.
“Anak-anak apa hari ini kalian sudah siap untuk ulangan Matematika?” tanya Bu Guru Santi, guru Matematika kelas 5SD Harapan Bangsa.
“Sudah Bu,” jawab murid-murid kompak.
“Bagus.” Bu Santi mengacungkan jempolnya lalu membagikan kertas ulangan. Satu jam waktu yang diberikan bu Santi untuk mengerjakan ulangan matematika sebanyak 10 soal.
***
“Farhan, apa tadi kamu bisa ngerjain soal ulangannnya,” tanya Miko pada Farhan saat di kantin.
Farhan mengangguk, “Aku mengalami kesulitan saat mengerjakannya. Kalau kamu gimana Mik?”
“Aku juga sama. Padahal aku sudah belajar. Karena waktu hampir selesai jadi aku isi jawabannya dengan sembarangan.”
“Ini pesanan kalian.” Odi menyerahkan dua mangkok soto pada Farhan dan Miko.
“Terima kasih Odi,” ucap Farhan dan Miko hampir bersamaan.
“Hari ini kalian ulangan matematika ya?” Odi tak sengaja mendengar pembicaraan Farhan dan Miko saat mengantar pesanan soto.
“Iya, soalnya lumayan sulit,” kata Farhan sambil menikmati soto.
“Boleh aku lihat soal ulangannya?” Pinta Odi
“Ini.” Farhan mengambil kertas soal ulangan yang ia simpan di kantong celana dan menyerahkan pada Odi.
Odi lalu memperhatikan soal-soal matematika tersebut dengan seksama.
“Boleh, aku mengisi jawaban dari soal-soal ini.”
“Boleh. Tulis saja jawabannya di kertas itu. Lagipula kertas soal ulangannya juga sudah tidak terpakai.”
Odi tersenyum mendengar jawaban Farhan. Dengan penuh semangat Odi mengerjakan soal ulangan matematika sementara Farhan dan Miko asyik menikmati soto.
***
“Anak-anak nilai ulangan kalian kali ini mengecewakan. Tidak ada yang mendapat nilai 100. Nilai tertinggi 70 dan itu hanya berhasil diraih oleh Farhan,” ucap Bu Santi kecewa saat mengumumkan hasil nilai ulangan matematika.
“Apa kalian tidak belajar dulu sebelum ulangan?”
“Belajar Bu,” jawab Farhan mewakili teman-temannya.
“Lalu kenapa nilai ulangannya mengecewakan. Apa kalian mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal dan ada materi yang belum kalian pahami?”
Murid-murid mengangguk.
“Kalau begitu mari kita bahas bersama-sama soal ulangan minggu lalu. Jangan malu bertanya bila ada materi yang belum kalian pahami.”
“Ya bu.”
“Kalian masih menyimpan kertas soal ulangan matematikanya kan?”
“Masih bu.” Seru murid-murid kompak. Mereka lalu mengeluarkan kertas soal matematika dari dalam tas masing-masing dan membahas soal ulangan matematika satu persatu. Farhan melihat kertas soal miliknya yang seminggu lalu diisi oleh Odi. Betapa terkejutnya Farhan, ternyata jawaban Odi betul semua.
“Wah hebat sekali Odi.” Puji Farhan dalam hati.
***
Farhan menghampiri Odi yang saat itu sedang sibuk membantu Bu Iyem, penjual soto di kantin sekolah. Setelah selesai membantu bu Iyem, Farhan menghampiri Odi dan menceritakan tentang jawabannya yang betul semua.
“Kamu pintar sekali Odi! Nilai ulanganku saja hanya dapat 70. Dari mana kamu belajar? Aku pengen belajar sama kamu dong. Biar bisa dapat nilai 100.”
“Aku belajar dari buku yang kupinjam dari perpustakaan sekolah, Han.”
Farhan membelalakkan matanya. “Kamu serius?”
“Iya, Han. Aku belajar dari buku yang kubaca setelah membantu bapak dan bu Iyem dan belajar dari ....” Odi menghentikan ucapannya.
“Dari siapa?” Farhan penasaran.
“Aku belajar dari balik jendela.”
“Maksudnya?”
“Saat aku membersihkan jendela kelas. Diam-diam aku memperhatikan apa yang ibu guru jelaskan. Jika kamu belajar di dalam kelas. Aku belajar dari balik jendela.” Odi terkekeh.
“Kamu tidak sekolah?”
Odi menggeleng lemah. “Sebenarnya aku pernah sekolah hingga kelas 2 SD. Dan aku ingin sekolah lagi, agar aku bisa menggapai cita-citaku. Tapi kondisi ekonomi keuangan bapak tidak memungkinkan untuk menyekolahkanku.”
Farhan mengangguk mengerti. Odi hanya tinggal dengan bapaknya yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih sekolah. Ibu Odi sudah meninggal karena sakit. Selama ini Odi dan bapaknya tinggal di sebuah ruangan kosong di sekolah. Ia juga rajin membantu bapaknya menyapu, mengepel, dan membersihkan jendela.
***
Farhan menghadap ke kepala sekolah untuk menceritakan kepandaian yang Odi miliki. Sayang sekali jika anak sepintar Odi harus putus sekolah. Pak kepala sekolah memberikan beasiswa pada Odi setelah ia berhasil mengikuti seleksi beasiswa bagi anak yang tidak mampu dan pintar.
Odi tersenyum bahagia, kini ia tak perlu lagi belajar dari balik jendela. Odi sudah bisa belajar di dalam kelas bersama Farhan dan juga teman-teman yang lainnya. Impiannya untuk sekolah bisa terwujud. Ia berjanji akan rajin belajar dan mengukir prestasi agar bisa mengharumkan nama sekolah. Odi tak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah membantunya.
SELESAI
Impian Odi dimuat di Kedaulatan Rakyat, edisi Jumat,05 Februari 2021 |
0 komentar