Prank Mi Ayam adalah tulisan saya yang dimuat di rubrik Ah Tenane Solopos edisi, Senin, 25 April 2022. Tulisan ini mengalami perubahan judul dari Kena Prank menjadi Prank Mi Ayam.
Tulisan ini terinspirasi dari pengalaman teman yang merasa dirinya ditipu oleh iklan mi ayam di medsos. Mungkin diantara kalian juga pernah mengalaminya.
Penasaran bagaimana kisahnya? Selamat membaca!
KENA PRANK
Oleh : Yeni Endah
Saat perjalanan pulang dari kampus menggunakan Bus Rapid Transit (BRT), Jon Koplo membuka sosial media di smartphone miliknya. Ketika sedang asyik scrolling feed Instgram, Koplo melihat iklan yang menarik perhatiannya.
“Hanya Rp. 5000, mi ayam rakyat dengan porsi nikmat.” Kalimat iklan yang menampilkan semangkok penuh mi ayam lengkap dengan ceker dan pangsit goreng. Sangat menggugah selera.
Baca juga : Cara Mengirim Tulisan ke Rubrik Ah Tenane Solopos
“Murah tenan. Porsine ya akeh, tapi apa bener regane limang ewu?” tanya Koplo dalam hati sedikit ragu. Kebetulan lokasi warung mie ayam searah dengan kost-kostannya. Jadi ia menyempat diri untuk mampir dan ingin membuktikan kebenaran iklan tersebut. Sebagai seorang mahasiswa, bisa makan kenyang dengan harga murah tentu bisa menghemat pengeluaran bulanan. Apalagi mi ayam adalah salah satu makanan favorit Koplo.
Sesampainya di warung Koplo langsung memesan mie ayam.
“Bu, pesen mie ayam setunggal nggih,” kata Koplo pada pemilik warung.
Betapa terkejutnya Koplo ketika melihat pesanan mi ayamnya datang. Mangkuk putih bergambar ayam jago itu hanya berisi setengah mangkuk saja. Juga tidak ada pangsit goreng ataupun ceker. Sama sekali tidak seperti foto postingan iklan.
“Bu, tadi saya lihat di iklan mienya satu mangkuk penuh.” Koplo memberanikan diri bertanya pada Lady Cempluk, pemilik warung mie ayam sambil memperlihatkan iklan di smartphone miliknya.
Baca juga : 7 Hal yang Wajib Diperhatikan Sebelum Mengirim Tulisan ke Media
“Yang di iklan itu harganya Rp. 10.000, Mas,” jawab Cempluk tanpa rasa bersalah.
“Oh, begitu ya, Bu.”
“Apa Mas mau pesen lagi mi ayam yang harganya Rp. 10.000?” tawar Cempluk.
“Mboten usah, Bu,” tolak Koplo. Ia sudah tidak berselera lagi untuk makan. Ekspektasinya jauh dari kenyataan.
“Oalah Gusti, aku kena prank bakul mi ayam. Dadi pedagang ki mbok ya sing jujur. Ben rezekinya lancar berkah lan barokah,” kata Koplo kemudian membayar mi ayam yang sudah ia pesan tanpa memakannya sama sekali dan meninggalkan warung dengan kecewa.
SELESAI