Setiap manusia pasti pernah merasa kecewa. Biasanya rasa kecewa timbul karena terlalu berharap lebih akan sesuatu tapi tidak berhasil untuk diraih. Contohnya saat kamu ikut lomba, tapi belum menang. Jika hasil lomba menulis itu fair, mungkin rasa kecewa yang ada hanya sebentar dan tidak berbuntut panjang. Tapi bagaimana jika rasa kecewa itu lebih dari bukan sekedar belum menang lomba melainkan adanya ketidakadilan, ketidakjelasan informasi dan lain-lain.
Sejak menekuni dunia literasi dan mengikuti lomba menulis, saya juga pernah kecewa. Namun semua itu bisa dijadikan bahan pembelajaran. Nah, kali ini saya akan berbagi cerita, rasa kecewa yang timbul karena lomba menulis.
1. Panitia tidak jelas dalam memberikan informasi.
Saat mengikuti lomba apapun seharusnya dibaca dengan teliti syarat dan ketentuannya. Saya pernah mengikuti lomba cerpen yang nantinya tulisan yang lolos akan dibukukan dalam buku antologi. Panitia hanya menulis tentang persyaratan lomba, tapi tidak menyebutkan tentang reward yang akan diterima penulis, kapan buku akan diterbitkan dan lain-lain. Selama ini ketika saya mengikuti lomba menulis cerpen, panitia akan menyebutkan reward apa yang akan diterima penulis yang naskahnya lolos.
Jika yang mengadakan penerbit indie, maka penulis kontributor harus membeli buku tersebut. Ya itung-itung mengapresiasi karya sendiri. Jika panitia adalah penerbit mayor, maka penulis kontributor akan mendapatkan satu buku terbit. Selain gratis 1 buku terbit, setiap penerbit akan memberikan hadiah lainnya. Hal ini tergantung dari kebijakan penerbitnya ya. Ada penerbit yang memberikan 1 buku terbit gratis bonus 2 buku dengan judul lain, tote bag, gantungan kunci, topi, hijab, kaos dll. Saat itu ketika mengikuti lomba, tidak ada keterangan tentang nanti buku tersebut akan diterbitkan oleh penerbit mana? Dan reward yang didapat penulis.
Melihat ada yang tidak beres, sebenarnya saya tidak mau ikut lomba tersebut, tapi karena diajak teman dan tidak enak hati, akhirnya saya ikut juga. Dan benar feeling saya. Beberapa hari setelah DL, panitia mengirim email ke seluruh peserta untuk mengisi form. Yang mengejutkan adalah adanya pernyataan.
"Jika kamu terpilih dan diterbitkan, Apakah bersedia membayar Rp.160.000,00? akan mendapatkan buku + merchandise (belum termasuk ongkir)"
A. BersediaB. Tidak BersediaC. Lainnya
Baca juga : Perhatikan 5 Hal Ini Saat Akan Ikut Lomba Menulis Biar Nggak Ketipu. Waspadalah!
Jujur saya kaget ketika membacanya, lalu saya isi form pernyataan di atas dengan mengisi dengan pilihan C dan saya jelaskan alasannya. Taraa ... lagi -lagi feeling saya benar, karena saya mengisi "lainnya" naskah saya tidak lolos.
Tidak mau suudzon, saya bertanya dengan beberapa teman yang juga ikut lomba tersebut. Hasilnya yang mengisi pernyataan bersedia naskahnya lolos. Dan yang tidak bersedia atau mengisi lainnya, naskahnya tidak lolos. Maka timbullah rasa kecewa. Kenapa panitia tidak menjelaskan dari awal, tentang adanya pembayaran uang tersebut. Bukankah bisa disimpulkan yang lolos adalah mereka yang bersedia membayar uang sebesar Rp.160.000,00?
2. Buku yang dijanjikan tidak ada
Sekitar empat tahun yang lalu (th 2016) saya pernah ikut lomba puisi. Dari awal tahu ada informasi tersebut saya memang tidak mau ikut karena saya belum bisa menulis puisi. Lagi-lagi karena diajak teman, saya manut aja.
"Ayolah Yen ikut. Kita kan belum pernah satu buku," bujuk teman saya.
Puisi saya lolos. Dan penulis kontributor diwajibkan untuk membeli 1 buku. It' s ok nggak masalah, karena panitia sudah menginfokan dari awal. PO dibuka, entah kenapa setiap kali akan transfer membeli buku selalu ada halangan. Akhirnya sayapun tak jadi buku antologi tersebut.
Seminggu setelah PO ditutup maka buku akan dikirim pada pemesan. Begitu janji panitia. Namun kenyataannya, hingga satu bulan buku yang dijanjikan tak kunjung datang. Teman-teman yang sudah mentransferpun harus kecewa. Uang lenyap, bukupun tak ada.
3. Gagal Jadi PJ Lomba Cerpen
Kekecewaan lan yang saya rasakan saat mengikuti lomba menulis adalalah gagal menjadi PJ Lomba Cerpen. Sekitar tahun 2017, saya mengikuti lomba menulis cerpen, dan hadiahnya adalah menjadi PJ Lomba menulis cerpen. Ada 10 naskah yang lolos, itu artinya ada 10 PJ yang akan mengurusi lomba cerpen dengan tema yang berbeda.
Ketika saya tahu akan menjadi PJ lomba, senengnya bukan main. Tanggal kapan saya akan menjadi PJ pun sudah terjadwal. Karena ini pengalaman pertama, maka saya langsung belajar pada teman yang sudah berpengalaman, bagaimana menjadi PJ lomba cerpen yang baik. Namun kenyataannya, sampai saat ini saya belum jadi PJ dari lomba menulis yang telah dijanjikan. Tak hanya saya, kesembila teman saya juga merasakan hal yang serupa. Bahkan sejak saat itu penerbit yang menyelenggarakan lomba menulis tersebut, tak pernah lagi memgadakan lomba.
3. Gagal Jadi PJ Lomba Cerpen
Kekecewaan lan yang saya rasakan saat mengikuti lomba menulis adalalah gagal menjadi PJ Lomba Cerpen. Sekitar tahun 2017, saya mengikuti lomba menulis cerpen, dan hadiahnya adalah menjadi PJ Lomba menulis cerpen. Ada 10 naskah yang lolos, itu artinya ada 10 PJ yang akan mengurusi lomba cerpen dengan tema yang berbeda.
Ketika saya tahu akan menjadi PJ lomba, senengnya bukan main. Tanggal kapan saya akan menjadi PJ pun sudah terjadwal. Karena ini pengalaman pertama, maka saya langsung belajar pada teman yang sudah berpengalaman, bagaimana menjadi PJ lomba cerpen yang baik. Namun kenyataannya, sampai saat ini saya belum jadi PJ dari lomba menulis yang telah dijanjikan. Tak hanya saya, kesembila teman saya juga merasakan hal yang serupa. Bahkan sejak saat itu penerbit yang menyelenggarakan lomba menulis tersebut, tak pernah lagi memgadakan lomba.
Dari pengalaman yang pernah saya alami, saya belajar untuk lebih berhati-hati dan teliti saat akan mengikuti lomba menulis.
Rasa kecewa tak perlu dipelihara terlalu lama. Kesempatan akan datang lagi. Tetapkan niat saat menulis. Jangan menulis untuk lomba saja. Ada dan tidak ada lomba, hendaknya tetap menjaga semangat menulis agar tetap terpelihara. Jika belum menjadi juara, itu disebabkan kualitas tulisan yang memang belum layak menjadi juara. Maka perbaiki kualitas tulisan dengan banyak belajar.
Bagi saya pribadi, tidak ada tulisan yang sia-sia. Jika ikut lomba blog meski belum menang, tapi tulisan tersebut bisa untuk mengisi blog dan membuat saya bisa membuat tulisan dengan tema baru.
Jika menulis untuk lomba dan belum menang, tulisan itu bisa diendapkan, diedit lalu dikirim ke media lain. Setiap tulisan pasti memiliki pembacanya masing-masing.
Jika saat ini belum jadi pemenang. Setidaknya kamu sudah menjadi pemenang untuk diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang mendukung passion menulismu.
Jangan berhenti menulis. Terus berusaha hingga meraih apa yang kamu inginkan.
Mari berkarya dengan cinta dan ketulusan.