Banyak kejadian yang kita alami karena terlalu bergantung pada kecanggihan teknologi. Tak jarang ketergantungan tersebut membuat kita mengalami kejadian yang tak diingikan. Salah satunya adalah pemanfaatan GPS (Global Positioning System) sehingga menjadi Korban GPS. Kejadian tersebutlah yang kemudian saya tulis--berdasarkan pengalamn seorang teman, lalu saya kirim ke rubrik Ah, Tenane Solopos. Alhamdulillah, tulisan saya berjudul "Korban GPS" dimuat di Rubrik Ah, Tenane edisi Sabtu, 03 Oktober 2020.
KORBAN GPS
Oleh : Yeni Endah
Jon Koplo sudah tidak sabar untuk tilik adiknya Genduk Nicole yang barusan lahiran seminggu yang lalu. Dengan mengendarai mobil bersama istrinya Lady Cempluk, Koplo berangkat ke Comal, Pemalang dari Semarang setelah subuh. Sejak Nicole diboyong ke Pemalang, Koplo dan Cempluk memang belum pernah berkunjung.
“Pakai GPS aja, Pak?” usul Cempluk.
“Oh iya ya Bu,” kata Koplo. Ia lalu teringat saat pertama kali menggunakan GPS. Koplo terheran-heran karena GPS bisa menunjukkan jalan dengan tepat, karena sudah percaya kecanggihan GPS, tanpa berpikir panjang Koplo langsung mengeluarkan smartphone miliknya dan mengetikkan alamat Nicole.
Koplo manut saja kepada GPS, disuruh belok kanan ia ikuti, disuruh belok kiri ia turuti, pokoknya sesuai perintah GPS.
“200 meter tujuan Anda akan segera sampai di sebelah kanan.” Koplo dan Cempluk gembira saat mendengar petunjuk dari GPS karena perjalanan terasa singkat dan tahu-tahu sudah mau sampai.
“Tujuan Anda telah sampai.” GPS memberi petunjuk.
Koplo dan Cempluk clingak-clinguk melihat sekitar.
Baca juga : Cara Kirim Tulisan ke Rubrik Ah, Tenane, Solopos
“Lho iki sampai di mana tha Pak? Endi omahe Nicole?” tanya Cempluk heran karena mereka berada di tengah bentangan sawah, jauh dari kampung, rumah apalagi kerumunan.
“Tadi katanya GPS gitu Bu. Ya Bapak manut aja.”
Sekitar 30 menit kebingungan, Koplo dan Cempluk bisa keluar dan sampai tujuan dengan selamat tanpa menggunakan GPS setelah bertanya pada seorang warga yang lewat.
Sesampainya di rumah Nicole, Koplo menceritakan kejadian yang ia alami.
“Jarene supire raja mbolang? Kok isih nganggo GPS?”
“Supire ya manungsa biasa,” bela Koplo.
“Makanya Mas lain kali jangan pakai GPS yang ada di smartphone. Bisa jadi korban tha? Pakai GPS yang lain.”
“Apa kui?”
“Gunakan Penduduk Sekitar. Apalagi kalau kita pergi ke daerah asing. Budaya gotong royong, tepo sliro, laku mbungkuk perlu dilestarikan. Malu bertanya sesat di jalan. Pepatah tersebut memang tak mengenal zaman. Ketika kita mengandalkan teknologi harus dibarengi kewaspadaan. Agar tidak kaku. Dan menjadi korban teknologi,” jelas Genduk Nicole.
Koplo cuma manthuk-manthuk membenarkan dalam hati ucapan adiknya. Untung tadi ada warga lewat, kalau tidak, Koplo tidak bisa membayangkan bagaiman nasib dirinya dan istrinya terjebak di tengah sawah.
SELESAI