Alhamdulillah, Minggu, 5 Juli 2020 Dongeng karya saya berjudul "Jogo Tonggo" dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur. Jogo Tonggo merupakan tema dongeng bulan Mei yaitu Berbagi Kebaikan dari Rumah, karena sudah masuk bulan Juli, saya pikir dongeng saya tidak lolos. Selepas subuh saya coba buka website Nusantara Bertutur, melihat judulnya Jogo Tonggo.
"Wah, apa itu dongeng karya saya ya?" gumam saya dalam hati, karena pernah beberapa kali melihat judul yang mirip yang pernah saya buat. Eh, ternyata ketika dicek bukan naskah saya. Alhamdulillah, hari Minggu kemarin adalah dongeng saya yang dimuat. Oh ya, dari judulnya diedit menjadi Jogo Tonggo. Juga beberapa bagian dipotong oleh editor. Meski begitu tidak mengurangi inti dari cerita. Dongeng Jogo Tonggo saya tulis karena terinspirasi dari program Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo.
Berikut dongeng saya Jogo Tonggo. Selamat Membaca!
JOGO TONGGO DI TENGAH PANDEMI
Oleh : Yeni Endah
Sejak pagi, aktivitas di rumah Risma di perumahan Banyumanik, Semarang sudah tampak ramai. Papa sibuk keluar masuk rumah mengambil barang dari mobil untuk di letakkan di ruang tengah.
“Mama mau buka warung ya?” tanya Risma heran saat melihat tumpukan karung beras, gula, berkotak-kotak peti telur, kardus-kardus mi dan minyak goreng di ruang tengah.
“Bukan, Sayang. Sembako itu akan diberikan pada warga di sekitar tempat tinggal kita untuk program Jogo Tonggo,” jawab Mama sambil memasukkan sembako ke dalam tas.
“Jogo tonggo? Apa itu, Ma?” Risma penasaran.
“Jogo tonggo adalah program yang digagas oleh Gubernur Jawa Tengah dalam menghadapi Covid-19. Jogo tonggo artinya menjaga tetangga. Warga bergotong royong menjalankan program tersebut dengan memanfaatkan Balai RW sebagai lumbung pangan. Warga yang mampu saling membantu. Bantuan yang terkumpul ditampung jadi satu untuk kemudian disalurkan pada warga yang membutuhkan,” jelas Mama.
Baca juga : Cara Mengirim Cerita Anak ke Kompas Klasika Nusantara Bertutur.
“Virus corona membuat orang-orang kehilangan pekerjaan, menjadi pengangguran bahkan menyebabkan kematian karena kelaparan. Warga harus saling menengok tetangga kanan kiri. Jika ada yang kesusahan harus melapor ke Ketua RW untuk dicarikan solusi bersama. Kita harus bersyukur, Papa masih bisa bekerja meski harus bekerja dari rumah dan kita bisa melakukan kebaikan dari rumah dengan berbagi sembako di tengah pandemi,” imbuh Mama.
Risma lalu teringat dengan Nenek Ratmi, tetangga belakang rumah. Untuk makan sehari-hari para tetangga secara bergantian mengirim makanan.
“Ma, apa aku boleh ikut berpartisipasi dalam program Jogo Tonggo,” Risma meminta izin dengan ragu.
“Tentu boleh, Sayang.”
Risma berpikir sejenak.
“Ma, bagaimana kalau hadiah lomba menulisku dipakai untuk membeli sembako dan diberikan pada warga yang membutuhkan.” Seminggu yang lalu Risma menjadi juara 1 lomba menulis cerita anak tingkat nasional dan mendapat hadiah berupa uang. Uang itu sudah ditransfer ke rekening Mama dua hari yang lalu.
“Lho bukannya uang lomba menulis mau Risma tabung dan dipakai untuk membeli laptop baru?”
“Iya Ma, tapi membantu tetangga lebih penting daripada membeli laptop. Boleh kan Ma?”
Mama mengangguk setuju.
“Terima kasih, Sayang,” ucap Mama bangga karena putrinya memiliki kepedulian pada orang lain dan lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
Risma lalu menolong mama memasukkan sembako ke dalam beberapa tas setelah itu membantu papa mengantar sembako ke balai RW untuk dibagikan kepada warga yang membutuhkan.
Risma tersenyum bahagia karena bisa berbuat baik meski dari rumah. Berbuat baik bukan tentang seberapa besar dan seberapa berharganya hal yang telah kita beri. Namun seberapa tulus dan ikhlasnya apa yang ingin kita beri.
SELESAI