Alhamdulillah, tulisan saya berjudul Wisata ke Pulau Komodo dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur, edisi Minggu 03 Nopember 2019. Saya mendapat kabar bahagia ini dari mbak Elisa. Ya mbak El mengirimi saya pesan dan memberitahu jika tulisan saya dimuat di NuBi. Langsung saya cek ke website NuBi dan ternyata tulisan saya dimuat setelah beberapa bulan tidak tembus-tembus.
Cerita Wisata ke Pulau Komodo ini mengalami pengeditan dari pihak redaktur tanpa mengurangi isi cerita. Berikut naskah asli yang saya kirim. Selamat membaca!
WISATA
KE PULAU KOMODO
Oleh : Yeni Endah
Minggu pagi Rubi diajak ayah pergi ke pulau Komodo yang terletak di Nusa Tenggara Timur. Untuk menuju ke pulau Komodo Ayah dan Rubi memilih jalur laut dengan mengendarai speed boat atau perahu mesin.
“Ayah, kenapa pulau itu dinamakan dengan pulau komodo? Apa karena pulau itu jadi tempat tinggal komodo?” Rubi memastikan.
“Benar, Nak. Pulau Komodo merupakan habitat dari salah satu hewan pra sejarah, yakni komodo. Jumlah komodo yang hidup pada saat ini mencapai 2500 ekor.”
“Wah banyak sekali jumlah komodonya Yah? Rubi jadi nggak sabar pengen lihat komodo secara langsung,” ucap Rubi antusias.
Sesampainya di Pulau Komodo, Rubi melihat beberapa ekor komodo yang berada di pinggir pantai ataupun jalan. Rubi, ayah dan wisatawan lainnya dipandu oleh pemandu wisata untuk melihat sarang komodo betina yang sedang bertelur. Dalam perjalanan mereka juga bertemu dengan seekor komodo jantan yang sedang merebahkan badan untuk menjaga kehangatan suhu tubuh. Karena penasaran Rubi mendekati seekor komodo dewasa yang sedang tertidur.
“Ayah,” teriak Rubi, lalu berlari dan memeluk ayah erat. Rubi terkejut karena komodo dewasa yang terlihat tidur tiba-tiba terbangun dan menatapnya dengan tajam seolah ingin menerkamnya.
“Ayah tadi kan sudah bilang jangan jauh-jauh dari Ayah.” Ayah mengingatkan Rubi.
“Iya Yah, maafin Rubi karena nggak dengerin nasehat Ayah,” sesal Rubi.
Pemandu wisata yang melihat hal tersebut langsung mendatangi Ayah dan Rubi,
“Komodo dapat berubah menjadi sangat buas, jika merasa terganggu bisa mengejar mangsanya. Komodo memiliki kemampuan berlari 18 km/jam. Kecepatan larinya seperti larinya manusia dewasa,” jelas pemandu wisata. “Jaga jarak dengan komodo. Air liur Komodo mengandung sejuta bakteri menular dan berbahaya. Infeksi bisa mematikan jika tidak segera diobati. Penelitian terbaru telah menemukan ada kelenjar berbisa di mulut Komodo yang memancarkan anti-koagulan di luka gigitan yang mendorong pendarahan terus dan melemahkan mangsanya. Ketika mangsa binatang cukup melemah oleh infeksi dan racun, komodo bergerak untuk membunuh. Jadi jangan memisahkan diri dari rombongan atau melewati jalur yang sudah ditentukan ya, karena jika sedang lapar komodo sangat berbahaya. Jangan coba-coba mengganggunya, atau membuat gerakan yang membuat komodo curiga karena dia akan mengejar buruannya,” pesan pemandu wisata.
Rubi mengangguk mengerti dan menyesali perbuatannya. Setelah tenang, Rubi melanjutkan perjalanan mengelilingi pulau Komodo dengan rombongan wisatawan lainnya. Tak lupa ia mengabadikan moment melalui bidikan kamera.
Rubi sangat senang bisa berwisata ke pulau komodo. Selain mendapatkan pengalaman, Rubi juga mendapat ilmu baru. Pulau Komodo merupakan warisan dunia yang perlu dijaga kelestariannya sebagai Situs Warisan Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO.
SELESAI