PERLUKAH MENULIS DENGAN TEKNIK 5W+1H

March 16, 2020

perlukah menulis dengan teknik 5W+1H

Saat menulis, ada penulis membuat tulisan secara spontan atau tanpa membuat outline terlebih dulu. Namun adapula penulis yang memakai outline saat akan menulis agar tidak keluar dari jalur. Ibaratnya outline itu rel untuk kereta.

Biasanya penulis menggunakan teknik 5W+1H untuk membuat outline. Saya sendiri bukan termasuk orang yang selalu menulis menggunakan outline teknik 5W+1H. Tergantung jenis tulisan yang akan saya buat.

Biasanya saya menulis dengan menggunakan teknik 5W+1H untuk artikel yang bersifat serius, informatif dan inspiratif. Dimana saya harus melakukan riset dan memasukkan data-data. Misalnya artikel yang saya ikutkan dalam lomba blog diantaranya artikel berjudul Menuju Indonesia Inklusi dan Ramah Disabilitas dan Keterbatasan Bukan Halangan Untuk Berbagi. Maka saya harus membuat outline dengan teknik 5W+1H agar lebih fokus saat menulis. Sedangkan untuk tulisan yang bersifat ringan, curcol misalnya saya menulis mengalir begitu saja. Begitu pula saat menulis cerita fiksi. Saya hanya menentukan temanya, untuk selanjutnya tinggal mengembangkan imajinasi seluas-luasnya.

Membuat tulisan dengan teknik 5W+1H, perlukah? Menurut saya tergantung tulisan yang akan kita buat ya. Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, biasanya saya menulis dengan teknik 5W+1H untuk artikel. Kenapa begitu? Berdasarkan pengalaman pribadi, saat membaca artikel saya menginginkan informasi yang lengkap. Tanpa harus mencari reverensi tulisan lain. Sehingga tidak buang waktu, juga kuota internet. Satu kali klik, informasi lengkap saya dapatkan di satu artikel.

Saat menulis artikel, saya membuat outline mind mapping yang saya tulis di kertas dengan teknik 5W+1H yaitu

1. What
What adalah topik apa yang akan kita tulis. Misalnya tentang Hari Kelainan Langka, Membuat Cerita Anak, atau tema lain yang ingin kita tulis.

2. Who
Who adalah tokoh dalam tulisan. Baik tulisan fiksi atau non fiksi harus ada tokoh dalam tulisan tersebut. Tokoh dalam cerita bisa menggunakan POV 1 atau POV ketiga. Baik tokoh tunggal atau lebih dari satu.

3. When
When adalah kapan. Jadi kita menulis tentang kapan kejadian itu terjadi. Misalnya saya ingin menulis tentang kelainan langka yang saya milik. Maka saya bisa menulis dalam outline mind mapping untuk when tentang kapan saya didiagnosis atau kapan kelainan langka saya ditemukan.

4. Where
Where, menunjukkan tempat. Jadi kita menulis dimana peristiwa itu terjadi. Di rumah, di sekolah atau di rumah sakit.

5. Why
Untuk outline teknik 5W yaitu Why kita bisa menuliskan atau memberi penjelasan kepada pembaca mengapa peristiwa itu terjadi.

6.How
How atau bagaimana adalah dimana kita mengatasi konflik dalam tulisan yang kita buat. Apakah si tokoh mengatasi konflik tersebut dengan tegar atau putus asa.

Begitu selesai membuat outline mind mapping, saya lalu menulis point-point tersebut hingga menjadi alur cerita yang runut. Mind mapping sangat membantu untuk melakukan brainstorming.

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba!

Salam Literasi!
Mari Menulis Dengan Cinta dan Ketulusan!

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe