In
Dunia Difabel,
BINGUNG MEMILIH SEKOLAH UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)? SLB? SEKOLAH INKLUSI ATAU HOMESCHOOLING?
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk buah hati tercinta. Apalagi mengenai pendidikan. Pasti orangtua tidak mau salah pilih bukan? Terlebih lagi mempunyai putra putri istimewa atau anak berkebutuhan khusus (ABK)
Setiap anak berhak untuk sekolah termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Hak memperoleh pendidikan untuk ABK dilindungi oleh UU, Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no. 70 tahun 2009 mengenai Pendidikan Inklusi.
Sebelum memilih sekolah untuk ABK setiap orang tua harus tahu apa tujuan mereka menyekolahkan anak istimewanya adalah agar anak mendapat kesempatan bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas, memaksimalkan potensi yang dimiliki, dan menstimulasi kognitif yang terstruktur.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan bagi orangtua dalam memilih sekolah untuk ABK adalah
1. Kondisi dan kemampuan anak.
2. Jarak dan lokasi sekolah
3. Fasilitas sekolah
4. Program belajar
5. Support dari orang sekitar
6. Perhatian kepada anak
7 Penerimaan terhadap kondisi ABK bisa melalui :
a. Kondisi fisik melalui mata dan kemampuan anak
b. Setiap anggota keluarga inti, saling memberikan “Full Support”
c. Terbuka denga masukan positif dan bantuan dari orang lain selain keluarga inti
d. Hindari pemaksaan dan menuntut kemampuan anak.
Pendidikan zaman sekarang menurut saya sangat berat. Kenapa saya bisa bilang begitu? Saat saya sekolah, jadwal belajar di sekolah dari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.00-13.00. Sekarang sekolah dari hari Senin sampai Jumat pukul 07.00-16.00, belum lagi ditambah les. Wah, ngalahin orang kantoran ya?
Bukannya pesimis, jujur saja apa ABK sanggup untuk mengikuti kurikulum seperti itu? Susah dan berat ya? Untuk beberapa ABK ada yang didampingi oleh shadow teacher di kelasnya. Meski sudah didampingi shadow teacher, tapi orangtua terlebih ibu harus tetap memantau perkembangan anak.
Yang perlu diperhatikan mengenai shadow teacher adalah pertama punya kedekatan dan sayang dengan ABK. Itu yang paling penting, sudah pengalaman dan mengerti kurikulum sekolah serta belajar dan mengerti kondisi ABK terutama keterbatasan anak.
Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ada tiga pilhan yang diambil untuk menempuh pendidikan yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Inklusi dan Homescooling.
Jenjang pendidikan SLB mulai dari jenjang TKLB, SDLB hingga SMALB (Sumber Foto : Antara Foto)
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah khusus bagi anak usia sekolah yang memiliki ”kebutuhan khusus”. Menurut Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1993, Lembaga pendidikan SLB adalah lembaga pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik, mental, perilaku dan sosial agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.
Jenjang pendidikan SLB mulai dari jenjang TKLB, SDLB hingga SMALB. Sedangkan jenis pendidikan Luar Biasa tersebut meliputi:
1. SLB-A bagi peserta didik penyandang disabilitas netra,.
2. SLB-B bagi peserta didik penyandang Tuli.
3. SLB-C bagi peserta didik disabilitas grahita.
4. SLB-D bagi peserta didik disabilitas daksa.
5. SLB-E bagi peserta didik disabilitas laras ( anak dengan gangguan emosi, sosial dan perilaku)
6. SLB-G bagi peserta didik disabilitas ganda.
Tujuannya anak sekolah di SLB adalah agar anak memperoleh pendidikan sesuai dengan karakteristik kedisabilitasan yang dimilikii dan dapat mengembangkan kemampuan secara optimal.
Seorang ABK di sekolah inklusi didampingi shadow teacher (Sumber Foto : Satelit post)
Sekolah Inklusi adalah sekolah regular (umum) yang menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya. Dengan adanya sekolah inklusi, ABK dapat bersekolah di sekolah regular yang ditunjuk sebagai sekolah inklusi.
Di sekolah inklusi, ABK memperoleh hak yang sama yaitu mendapat pelayanan pendidikan dari guru pembimbing khusus dan sarana prasarananya. Prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah selama memungkinkan, semua anak semestinya belajar bersama-sama tanpa memandang perbedaan fisik atau keterbatasan yang ada. Jadi setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari sekolah tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain sehingga kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
Tujuan sekolah inklusi adalah pendidikan untuk semua tanpa membedakan status, tingkat ekonomi, termasuk kemampuan anak. Meski belum semua sekolah menerapkan sistem inklusi yang sebenarnya inklusi bukan berarti hal itu tidak bisa diwujudkan. Jika ada dukungan dari semua pihak, sekolah inklusi akan terealisasi sepenuhnya.
Homeschooling Kak Seto : metode alternatif belajar selain di sekolah (Sumber Foto : Suara.com)
Homeschooling (HS) adalah metode alternatif belajar selain di sekolah. Selain homeschooling, ada istilah “home education”, atau “home-based learning” yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama.
Secara harfiah, Homeschooling berarti "sekolah rumah" Jadi pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan berbasis rumah. Dalam pendidikan homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak. Sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.
Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri, orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya.
Proses homeschooling memang berpusat di rumah, tetapi, proses homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua homeschooling dapat menggunakan sarana apa saja dan di mana saja untuk pendidikan homeschooling anaknya.
Tujuan homeschooling adalah agar anak-anak bisa belajar dengan gayanya masing-masing serta waktu yang fleksibel.
Sebagai difabel kelainan langka Friedreich's Ataxia, saya menempuh pendidikan di sekolah umum. Pada saat itu belum memgenal apa itu sekolah inklusi. Jadi untuk orangtua yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sebelum memasukkan ke sekolah yang tepat. Jika ABK tersebut, bisa diajak diskusi, maka ajaklah dia bicara. Sekolah seperti apa yang dia inginkan. Jangan hanya karena seorang anak memiliki keterbatasan fisik buru-buru didaftarkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan alasan klasik karena takut di-bully jika sekolah di sekolah umum (regular) dan jika di SLB bisa bertemu temannya yang "senasib"
Jika ABK tersebut mempunyai kognitif yang baik, saya pikir tidak ada salahnya mencoba sekolah di sekolah reguler/umum. Keterbatan yang dimiliki ABK bisa didiskusikan dengan pihak sekolah untuk memberikan aksesibitas sesuai kebutuhan.