PERJALANAN SEORANG BLOGGER, DARI HOBI MENULIS HINGGA MERAIH MIMPI DALAM KETERBATASAN
Di dunia ini, ada hal di mana saat kita melakukan sesuatu dan membanggakan, tapi justru dianggap hal remeh oleh orang lain. Dalam hidup pasti kita pernah mengalami sesuatu hal yang luar biasa, sesuatu yang bisa kita banggakan justru orang lain melihat itu hal biasa saja atau mungkin terkesan meremehkan. Ya, saya pernah di posisi seperti itu. Namun saya tidak terlalu mengubrisnya. Karena yang paling penting adalah saya bahagia saat melakukannya.
Saya menyukai menulis sejak duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Saya masih ingat betul, bagaimana antusiasnya saya ketika pelajaran bahasa Indonesia dan bu guru meminta murid-muridnya untuk menuliskan pengalaman berkesan setelah liburan. Saya menjadi murid yang paling cepat untuk menuliskannya. Namun sayangnya, hobi saya menulis dianggap oleh sebagian orang sebagai suatu kegiatan yang sia-sia. Tidak bermanfaat karena menguras waktu dan pikiran.
"Buat apa sih Yen kamu nulis? Kayak nggak ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat?"
"Apa sih yang kamu dapat dari menulis?"
Saya hanya menjawab, "Saya menulis untuk mencurahkan apa yang ada di pikiran saya, apa yang saya lihat, dengar dan rasakan." Memang terdengar klise, tapi memang itulah alasan saya menulis. Menulis juga sebagai healing therapy buat saya.
Memulai Menulis di Blog
Selama ini saya hanya menulis di diary dan hanya saya yang membacanya. Saya kemudian berpikir, jika saya menulis di blog, bukankah tulisan saya bisa dibaca banyak orang. Mungkin saja cerita saya bisa menginspirasi orang lain. Itulah titik awal perjalanan saya sebagai seorang blogger pada tahun 2014.
Saya belajar membuat blog secara otodidak dari YouTube pada bulan Desember 2014. Masih teringat jelas dalam ingatan, hari pertama saya membuat blog dan memilih nama yang cukup sederhana, tapi menurut saya sangat menggambarkan diri saya yaitu "Story of My Life". Blog yang akan berisi tentang pengalaman saya sebagai difabel karena kelainan langka Friedreich's Ataxia. Menceritakan bagaimana seorang perempuan difabel pengguna kursi roda menjalani kehidupan sehari-hari di tengah keterbatasan yang dimiliki. Menghadapi stigma negatif yang masih melekat pada difabel. Perlakuan diskriminasi hingga tidak aksesnya sarana publik di Indonesia.
Tantangan Ngeblog
Menulis di blog memang tidak semudah seperti menulis di diary. Saat menulis di diary saya bisa bebas menuliskan apa saja. Ketika menulis di blog, banyak hal yang saya pikirkan. Apakah tulisan saya ada yang membaca? Bagaimana jika tulisan saya mendapat komentar negatif dari pembaca. Bahkan saya sempat ragu untuk memublikasikan karya saya. Namun saya segera menepis keraguan itu saat teringat tujuan saya menulis di blog. Karena nyatanya hingga saat ini apa yang saya khawatirkan tidak terjadi.
Perjalanan ngeblog saya memang tidak selalu berjalan lancar. Kelainan langka yang saya miliki bersifat progresif dan degeneratif. Tidak hanya menyerang motorik kaki. Seiring berjalannya waktu memengaruhi motorik tangan. Tangan saya mengalami kontraktur. Jadi saya hanya bisa mengetik menggunakan satu jari saja yaitu jari telunjuk kanan. Hal itu menyebabkan saya kesulitan untuk mengetik dalam jangka waktu lama dan cepat. Saya membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan sebuah tulisan daripada non difabel. Jika blogger non difabel bisa menyelesaikan tulisan dalam jangka waktu satu jam, saya perlu dua jam. Selain itu, meski memakai kursi roda, saya tidak bisa duduk lama di depan laptop. Badan saya jadi cepat lelah. Jika kondisi badan menurun, mau tak mau saya harus rehat menulis. Padahal di dalam hati keinginan untuk menulis sudah menggebu-gebu.
Bergabung di Komunitas Blogger
Untuk menulis di blog bisa dilakukan seorang diri, tapi untuk menjadi blogger harus bergabung dengan komunitas blogger. Karena baru terjun di dunia blogger, pengetahuan yang saya miliki hanya saya dapat dari internet dan YouTube. Saya juga tidak punya teman blogger. Karena alasan itulah saya mencari info seputar komunitas blogger di Facebook. Pokoknya setiap ada grup blogger di Facebook, saya mengirim permintaan untuk bergabung.
Setelah bergabung dengan komunitas blogger, wawasan saya jadi bertambah. Ternyata untuk ngeblog itu butuh guru atau tutor, karena ngeblog bukan cuma sekadar menulis. Blog itu memiliki banyak fitur di dalamnya. Dari aspek SEO, riset keyword, membuat infografis pendukung, dan fitur-fitur lainnya.
Di akhir tahun 2015, saya bertemu dengan teman blogger. Walaupun hanya di dunia maya, dialah yang memberi motivasi agar mendaftar ke Google Adsense dan membimbing hingga diterima Google Adsense.
Di komunitas blogger pula menjadi pintu pembuka bagi saya untuk meng-update informasi-informasi seputar blogging dan literasi. Mulai dari informasi lomba atau challenge blog hingga gathering atau event blogger. Alhamdulillah, dari berbagai lomba blog yang pernah saya ikuti bisa membuat saya jadi pemenang.
Dampak Positif Ngeblog
Pesan yang saya terima dari pembaca blog |
Seiring berjalannya waktu, blog saya mulai tumbuh. Saya sering mendapat pesan baik di email, Instagram maupun Facebook dari para pembaca. Saya pernah mendapat pesan dari seorang ibu yang memiliki putra dengan kelainan langka. Ibu tersebut menjadi mempunyai harapan untuk merawat putranya saat membaca tulisan saya di blog. Suatu hari saya juga menerima pesan dari seorang teman yang sedang berjuang melawan sakitnya. Melalui pesan, ia menjadi semangat kembali karena membaca perjuangan saya hidup dengan kelainan langka Friedreich's Ataxia. Beberapa di antara para pembaca ada yang meminta tips and trik agar tulisan bisa dimuat di media. Ya, selain berbagi pengalaman. Blog saya ini juga saya jadikan media untuk mendokumentasikan karya-karya saya yang dimuat di media cetak lokal maupun nasional. Tak hanya itu saja, blog saya juga menjadi "jendela" bagi orang lain untuk melihat dunia difabel dengan perspektif yang berbeda. Menjadi "penghubung" antara teman-teman difabel dan non difabel.
Menjadi narasumber pelatihan konten kreator untuk disabilitas yang diadakan oleh Kominfo, Paberik Soeara Rakjat dan Siberkreasi (Foto : Dok. Pribadi) |
Karena menulis di blog, saya juga menerima undangan untuk berbicara di acara-acara motivasi dan advokasi. Suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bisa berbagi cerita di forum-forum yang lebih besar. Saya juga mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan berbagai organisasi yang bergerak di bidang inklusi sosial dan hak-hak difabel. Ini semua adalah hal-hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Padahal awalnya saya menulis di blog ini dengan tujuan pribadi. Namun dampaknya sangat luar biasa dan jauh lebih luas daripada yang pernah saya bayangkan. Saya merasa terhubung dengan komunitas yang lebih besar. Saya merasa menjadi manusia yang bermanfaat dan mempunyai arti untuk orang lain.
Mengunjungi Pulau Nami, Korea Selatan bersama para Juara TIK untuk Disabilitas dan pegawai BAKTI Kominfo (Foto : Dok. Pribadi) |
Bahkan dari menulis bisa membawa saya terbang menggapai mimpi. Pada tahun 2022, saya meraih Juara 1 Tingkat Nasional Kompetisi TIK Piala Menteri Kominfo. Masya Allah, siapa sangka, dari ikut kompetisi dan menjadi juara adalah langkah awal saya meraih mimpi. Sebagai Juara 1, saya berhak mengikuti benchmarking ke Korea Selatan pada bulan Oktober 2023.
Tak terasa, sudah 10 tahun saya menulis di blog ini. Saya akui, perjalanan ngeblog saya mengalami naik turun. Ada kalanya saya rajin untuk menulis. Namun, ada pula waktunya saya tidak menulis. Entah karena kondisi badan yang kurang sehat, kesibukan menjalankan aktivitas sehari-hari yang menyita tenaga, waktu dan pikiran.
Saya berdoa, semoga Allah selalu memberi kesehatan sehingga saya bisa terus menulis. Berbagi cerita dan pengalaman hidup. Menjadi perantara untuk menyuarakan isu-isu terhadap difabel. Saya ingin blog saya bisa menjadi tempat di mana orang bisa belajar, berdiskusi, dan terinspirasi. Saya juga berharap bisa berkolaborasi dengan lebih banyak pihak untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, ramah dan akses untuk difabel.