Gara-gara Menahan Batuk adalah tulisan ketiga saya yang dimuat di rubrik Ah Tenane Solopos, edisi Jumat, 22 Mei 2020. Awal saya menulis dan mengirim di rubrik Ah Tenane karena dimasukkan ke grup FB Jon Koplo Hari Ini oleh seorang teman. Mulanya saya bingung, Jon Koplo Hari Ini itu grup apa? Lalu saya baca dan tertarik untuk menulis lalu mengirimnya.
Oh ya ada beberapa teman yang bertanya apa untuk menulis di rubrik Ah Tenane harus ada selipan percakapan bahasa Jawa? Kalau menurut saya sih tidah harus, karena saya pernah membaca tulisan yang berhasil dimuat tapi tidak ada unsur percakapan bahasa Jawanya. Ya tapi memang mayoritas yang pernah saya baca ada selipan percakapan bahasa Jawa. Tapi menurut saya nggak perlu terlalu dipikirkan. Kalau terlalu dipikirin malah nggak jadi nulis.
Ini tulisan saya yang dimuat di rubrik Ah, Tenane. Selamat Membaca!
GARA-GARA MENAHAN BATUK
Oleh : Yeni Endah
Di tengah pandemi Covid-19, Minggu pagi, Lady Cempluk terpaksa keluar rumah karena harus membeli kebutuhan rumah tangga yang sudah habis di supermarket. Ia lalu memesan taksi online pada aplikasi, tapi setelah menunggu 15 menit tidak ada satu taksi online-pun yang berhasil ia pesan. Cempluk kemudian memutuskan untuk naik angkot meski harus berjalan beberapa meter menuju jalan raya.
Tak perlu menunggu lama, angkot yang dikemudikan Pak Jon Koplo, tetangganya datang. Cempluk langsung naik dan duduk di samping Pak Koplo, karena tidak ada penumpang selain dirinya.
“Lho, mbak Cempluk kok nggak pakai masker? Kan sudah ada aturan dari pemerintah kalau keluar rumah harus pakai masker,” tegur Pak Koplo.
“Nggih Pak.” Cempluk lalu mencari masker di dalam tas, tapi ternyata maskernya ketinggalan di rumah.
Baca juga : Tiwas Panik Ah, Tenane Solopos
Di tengah perjalanan, tenggorokan Cempluk terasa gatal dan ingin batuk.
“Aduh, piye ki? Masker ketinggalan, sapu tangan juga nggak ada,” gumam Cempluk panik saat memeriksa tasnya untuk kedua kali mencari sapu tangan.
“Ya wis tak empet waelah watuke.” Sejak merebaknya virus corona, orang jadi lebih mudah panik dan khawatir berlebihan. Cempluk takut dikira kena virus corona karena batuk, meski di dalam angkot hanya ada dirinya dan Pak Koplo.
“Ada apa mbak?” tanya Pak Koplo melihat tingkah aneh Cempluk.
Cempluk menggelengkan kepalanya dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sekuat tenaga menahan batuk.
“Mbak Cempluk sehat? Biasanya ceriwis, hari ini kok anteng.” Pak Koplo memperhatikan wajah Cempluk yang memerah dan berkeringat.
Tiba-tiba terdengar suara nyaring dan mengagetkan. Ternyata akibat mulut ditutup rapat, udara dalam tubuh Cempluk berusaha mencari celah keluar yang lain.
“Maaf Pak, tadi saya pengen batuk, tapi saya tahan karena takut dikira kena corona. Eh, malah keluarnya bunyi kentut,” kata Cempluk sambil menahan malu.
“Oalah, untung kentutnya nggak bau, tapi bunyinya itu lho mbak ...” Pak Koplo tertawa terpingkal-pingkal sementara Cempluk hanya bisa menundukkan kepala dan berharap segera sampai di supermarket.
SELESAI
Kalau kamu berminat mengirim tulisan ke rubrik Ah, Tenane Solopos. Syarat dan ketentuan bisa dibaca di sini