APAKAH DIFABEL BERHAK JATUH CINTA? DAN BAGAIMANA CARA MENYIKAPINYA?

August 20, 2019

difabel-jatuh-cinta


Jatuh cinta berjuta rasanya, biar siang biar malam terbayang wajahnya. Itulah sepenggal lirik tentang jatuh cinta. Saat jatuh cinta dunia berasa milik berdua ya yang lain ngontrak hihihi ...

Jatuh cinta akan dialami setiap manusia pada masanya. Termasuk oleh difabel. Jatuh cinta itu tidak dilihat dari ukuran fisik, tapi bagaimana melihat sosok yang bisa membawa keberkahan dunia akhirat itu yang dinamakan cinta sejati.  Ada pula yang mengatakan jatuh cinta itu diawali dari mata turun ke hati. Jadi nggak bohong juga kalau pertama kali yang dilihat adalah dari segi fisik.

Eitss ... tapi jangan juga sampai terbuai dengan cinta yang hanya memandang fisik. Tidak ada yang menjanjikan dari fisik. Wajah cantik ataupun ganteng akan memudar seiring bertambahnya usia begitu juga tampilan fisik yang sempurna yang kamu miliki, suatu hari membuatmu jadi difabel karena berbagai macam alasan. Because we never know, what tomorrow will bring in your life? Isn't? Jadi difabel berhak kok jatuh cinta. Saat jatuh cinta tentunya kamu harus bisa menyikapi hal tersebut ya.

Ketika jatuh cinta tahap yang dilalui adalah pengenalan apalagi bagi difabel yang sedang masa peralihan. Tentu gejolak jiwanya masih meletup-letup. Iya kan? 

Menghadapi Difabel Jatuh Cinta Ketika Masa Pubertas

difabel-jatuh-cinta


Ketika difabel jatuh cinta pada masa pubertas harus diawasi oleh orang tua. Biasanya difabel yang pertama kali jatuh cinta suka telpon-telponan sampai malam, video call setiap saat. Yang jadi masalah adalah ketika sudah mulai ke tahap yang mengkhawatirkan ketika difabel sudah lupa waktu. Menelpon sampai larut malam sehingga mengganggu waktu istirahat anggota keluarga lainnya.

Sebagai orang tua menghadapi masa puber anak tidak hanya ABK tapi juga non ABK pasti memiliki dinamika sendiri. Perbedaannya adalah cara pandang orangtua. Sebab orang tua merasa kurang pantas ketika si anak difabel sudah mulai ingin menjalin relasi dengan lawan jenisnya. Orang tua harus memberikan edukasi kepada si anak bagaimana bersikap ketika ada rasa suka kepada orang lain atau merespon orang lain yang menunjukkan rasa suka kepada si anak. Perlu ada pembicaraan dari hati ke hati terutama ibu apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan ketika berelasi dengan lawan jenis.

Sikap over protective (perlindungan yang berlebihan) kepada anak misalnya dengan memarahi si anak, langsung menyita hp tanpa negosiasi atau bahkan berbicara langsung dengan orang yang disukai si anak, akan menyebabkan si anak menjadi :

Trauma
Anak bisa jadi menarik diri dari lingkungan sosial, merasa tidak pantas, hilang kepercayaan diri. Perlu diingat bahwa ABK memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi dibandingkan non ABK. Dan bahkan sama sekali tidak akan membuka diri lagi untuk menjalin relasi dan lawan jenis.

Berontak
Anak akan membenci orangtuanya, selalu melawan, dan mencari kesempatan untuk bisa melakukan hal yang di luar dugaan. Untuk itu ketika si anak berelasi atau berhubungan dengan lawan jenis yang disukai, sebagai orang tua tetap menjaga dan memberikan arahan yang membuat si anak nyaman, dan bersedia bercerita apapun dengan orangtua. Untuk masalah hp, perlu disampaikan ke anak, hp tidak boleh di password jadi orangtua dapat mengecek hp anak, dan bila memang ditemukan pembicaraan yang mengarah ke hal-hal yang tidak diinginkan maka segera ajak anak untuk bicara. Bicara sebagai teman sebaya atau sahabat. Orangtua menjadi teman setiap saat, kalau bisa melihat chat yang dilakukan anak

Jika cara pendekatan dengan si anak tidak berhasil, maka dekati teman lawan jenisnya tersebut. Gaya pacaran anak sekarang memang cukup membuat jantung deg-degan, tidak saja untuk ABK tapi juga non ABK. Memberikan penjelasan kepada ABK harus dilakukan berkali-kali dan jangan bosan. Apalagi jika ternyata yang disukai oleh ABK adalah sosok yang tidak sesuai dengan harapan orang tua.

Jatuh Cinta Via Sosmed

difabel-jatuh-cinta


Di zaman teknologi serba canggih seperti saat ini, orang bisa terhubung dengan siapa saja dan kapan saja. Efek sosmed memiliki dampak positif juga negatif. Tidak bisa dipungkiri, di sekeliling saya, beberapa teman difabel jatuh cinta dengan lawan jenisnya karena seringnya berinterkasi. Padahal bertemu secara langsung saja belum pernah. Hanya melihat sebatas foto. Hmmm ... bisa jadi foto itu bukan foto asli dirinya. Iya kan? Kalau menurut saya itu sih bukan jatuh cinta, tapi hanya sekadar rasa kagum.

Jangan sampai memiliki nasib tragis yang serupa dengan TKI Korea yang berkenalan dengan TKW Taiwan yang berparas cantik. Eh, ternyata foto yang ia unggah adalah foto orang lain. So sad, but that really happened.

Lalu bagaimana menyikapi tentang para difabel yang pacaran atau jatuh cinta hanya sebatas maya (kenalan di FB, belum pernah ketemu, tapi memutuskan untuk pacaran) katanya tertarik karena melihat fotonya saja. Apakah hubungan seperti itu wajar? Banyak difabel yang terbuai dengan rayuan melalui medsos, belum apa-apa sudah baperan hehe ...

Perlu diwaspadai, banyak pengguna medsos menggunakan strategi ini hanya untuk kepuasan "seksual" semata. Kadang lawan bicara terpancing dan mau melakukan apa saja yang diinginkan oleh "sang perayu" Sebagai orangtua sangat penting diwaspadai. Perlu dicek satu persatu dengan siapa ABK kelihatan asyik untuk berlama-lama berchatting ria di medsos.

Menjalin cinta via medsos tentu saja tidak wajar, masa hanya lewat chat, teleponan, video call, kirim foto sudah langsung percaya. Banyak orang pintar bermain kata-kata tapi setelah dilihat kenyataannya jauh di luar dugaan. Jadi jangan sampai menjalin hubungan lebih lanjut dengan hanya bertemu lewat medsos, kalau memang orangnya serius pasti mau bertemu, dan datang ke rumah bertemu dengan orangtua dan akan memintamu sebagai pasangannya untuk menemani hingga ujung usia.

Tidak ada asap jikalau tidak ada api kan? Faktor yang melatar belakangi difabel menjalani hubungan di dunia maya, kebanyakan adalah para ABK yang tidak memiliki kepercayaan diri dan untuk menutupi kekurangan, biasanya mencari-cari dulu apakah lawan yang diajak seperti yang diinginkan atau tidak Beberapa difabel menjalin hubungan hanya sebatas medsos karena minder dan krisis kepercayaan sehingga menyebabkan mereka mengalami penyimpangan perilaku secara seksual. Hanya sebatas memenuhi hasrat seksualitas melalui medsos dan tidak berani untuk melanjutkan lebih dari itu. Salah satu hal yang menunjukkan kepercayaan diri seorang difabel adalah menunjukkan identitas dirinya. Lihatlah info di sosmed miliknya juga foto yang diunggah di sosmed (Fotonya bukan hanya anime atau dari google) Jadi harus selalu waspada ya!

Jangan mudah berkirim foto yang tidak layak untuk dipertontonkan ke khalayak publik. Ketika menjalin hubungan dengan lawan jenis. Goal atau tujuannya adalah menuju ke jenjang pernikahan. Lalu bagaimana sebaiknya sebagai difabel menyakinkan orangtua jika kekasihnya (non difabel) itu benar-benar sayang dan tulus? Karena orang tua takut jika kekasihnya yang non difabel itu tidak serius dan akan menyakitinya suatu hari nanti karena dia difabel?

Bukankah suatu hal yang wajar jika orang tua khawatir akan masa depan anaknya? Tentu orangtua tidak ingin si anak menjadi beban orang lain atau disakiti oleh orang lain.bahkan menyakiti si anak. Yang harus dilakukan pertama kali adalah mengajak calonmu untuk bertemu orangtua, dan orangtua wajib "menginterogasi". Orangtua bisa memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang cukup menantang dan melihat respon sang calon.

Misalnya :
Jika anak perempuan : Bagaimana jika nanti anak saya tidak bisa memasak buat kamu? Bagaimana jika anak saya tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu atau bagaimana jika anak saya tidak bisa memgasuh anak kalian nanti?

Jika anak laki-laki, Bagaimana jika anak saya tidak bisa membantu kamu saat  jatuh dari kendaraan? Atau bagaimana jika anak saya tidak bisa membantu pekerjaan rumah? Jika jawabannya tidak spontan berarti si calon tidak siap menjadi pasangan si difabel tersebut.

Difabel juga harus siap dan tidak bisa memaksakan diri, karena risikonya setelah berkeluarga akan besar dan merugikan diri sendiri. Diperlukan kematangan berpikir secara realistis. Jangan menggunakan hati, tapi gunakan logika. Ridha orang tua adalah ridha Allah.

Jika saat ini masih sendiri, jangan terlalu dipikirkan. Jauhkan diri dari pikiran-pikiran negatif. Misalnya,
  1.  Apa iya sebagai difabel akan punya jodoh?
  2.  Apakah mungkin sebagai difabel berjodoh dengan non difabel?
  3.  Bagaimana kalau jodohnya juga sesama difabel?

Semua pertanyaan tersebut, kembali pada Allah, Sang Maha Pemilik Cinta. Yang terpenting dilakukan sambil menanti jodoh adalah memperbaiki diri, mempersiapkan diri agar bisa hidup mandiri, mengembangkan potensi diri hingga bisa menghasilkan secara finansial. Perbanyak berdoa agar mendapatkan pasangan yang bisa saling membahagiakan dunia dan akhirat. Percaya pada kuasa Allah semua akan indah pada waktunya.

You Might Also Like

2 komentar

Subscribe