Nyumbang adalah suatu kegiatan pergi menghadiri pernikahan ataupun hajatan lainnya. Dan setiap orang pasti pernah melakukan kegiatan ini. Terkadang ada saja kegiatan saat nyumbang.
Kejadian yang terjadi sebelum nyumbang yang pernah dialami seorang teman inilah yang membuat saya memiliki ide untuk menuliskan peristiwa tersebut. Alhamdulillah, tulisan saya berjudul "Nyumbang" dimuat di rubrik Ah Tenane Koran Solopos edisi, Kamis 24 Maret 2022.
Selamat Membaca!
NYUMBANG
Oleh : Yeni Endah
Jon Koplo adalah seorang mahasiswa perantauan dari Kalimantan yang sedang kuliah di salah satu Universitas Negeri di Semarang. Sabtu siang itu adalah moment kondangan pertama Jon Koplo selama ia tinggal di Semarang selama hampir 3 bulan.
Jon Koplo bersama dua orang temannya yaitu Tom Gembus dan Lady Cempluk akan menghadiri undangan pernikahan Genduk Nicole, kakak tingkat yang sudah lulus kuliah. Waktu kumpul mau berangkat, teman-teman Koplo pada heboh saling meminjam pulpen untuk memberi nama pada amplop masing-masing.
Baca juga : Cara Mengirim Tulisan ke Rubrik Ah Tenane Solopos
“Memangnya harus ditulis nama ya Mbus,” tanya Koplo polos pada Tom Gembus.
“Iya Plo. Mana amplopmu. Sini aku tulis sekalian,” jawab Gembus sambil meminta amplop milik Koplo.
“Nanti aja Mbus, biar aku tulis sendiri,” dalih Koplo agar namanya tidak ditulis. Sebagai mahasiswa perantauan yang harus hidup hemat, Koplo hanya mengisi amplop semampunya dan berniat akan makan banyak saat kondangan nanti.
“Aku di Kalimantan nggak ditulis amplopnya, Mbus. Dulu waktu Paman dan Bibiku nikah, aku yang buka amplopnya. Ada yang kasih nama sih paling cuma beberapa aja, itu pun karena isi uangnya banyak. Tapi kebanyakan nggak dikasih nama di amplopnya. Mamaku juga kalau kondangan, nggak ditulis.” Koplo menceritakan perbedaan tradisi nyumbang di daerahnya.
“Kalau di Jawa beda Plo. Nek meh nyumbang kudu ditulis jenengmu,” ucap Gembus.
“Iya bener kui. Kalau di Jawa ada tradisi mbalekke sumbangan atau mengembalikan sumbangan." Lady Cempluk membenarkan ucapan Gembus.
Baca juga : 7 Hal yang Wajib Diperhatikan Sebelum Mengirim Tulisan ke Media
“Apa itu mbalekke sumbangan Pluk?” Koplo tampak bingung.
“Nanti sumbagan dari para tamu ditulis di buku catatan. Misalnya Jon Koplo nyumbang Rp. 100.000, pas aku nikah. Lha nanti tho, pas kamu nikah, aku lihat catatanku, kamu dulu nyumbang aku berapa. Oh Rp. 100.000. Nah, aku nyumbang kamu ya Rp. 100.000,” jelas Cempluk.
Berbagai pertanyaanpun muncul di pikiran Koplo setelah mendengar penjelasan dari Cempluk.
“Sekarang Rp. 100.000, hitungannya banyak. Kalau aku menikahnya 10 tahun kemudian, tentu Rp. 100.000 nominal yang kecil. Apa iya catatannya masih disimpan? Apalagi kalau yang diundang banyak. Gimana kalau yang urunan beli kado? Cara balasnya gimana? Apakah di daerah lain juga punya tradisi yang sama?” tanya Koplo dalam hati.
SELESAI
"Nyumbang" dimuat di rubrik Ah Tenane Solopos edisi Kamis 24 Maret 2022 |