SATU DASAWARSA PERJALANAN BLOGGER DIFABEL 

February 20, 2025


satu-dasawarsa-perjalanan-blogger-difabel

 

Saya menyukai menulis sejak duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Saya masih ingat betul, bagaimana antusiasnya saya ketika pelajaran bahasa Indonesia dan ketika bu guru meminta murid-muridnya untuk menuliskan pengalaman berkesan setelah liburan. Saya menjadi murid yang paling cepat untuk menuliskannya. Namun sayangnya, hobi saya menulis dianggap oleh sebagian orang sebagai suatu kegiatan yang sia-sia. Tidak bermanfaat karena menguras waktu dan pikiran. 

"Buat apa sih Yen kamu nulis? Kayak nggak ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat?"

"Apa sih yang kamu dapat dari menulis?"

Saya hanya menjawab, "Saya menulis untuk mencurahkan apa yang ada di pikiran saya, apa yang saya lihat, dengar dan rasakan." Memang terdengar klise, tapi memang itulah alasan saya menulis. Menulis juga sebagai healing therapy buat saya.


Memulai Menulis di Blog

Selama ini saya hanya menulis di diary dan hanya saya yang membacanya. Saya kemudian berpikir, jika menulis di blog, mungkin tulisan saya bisa dibaca banyak orang. Mungkin saja tulisan saya bisa menginspirasi orang lain. Itulah titik awal perjalanan saya menulis di blog pada awal tahun 2015.

Saya belajar membuat blog secara otodidak dari YouTube. Masih teringat jelas dalam ingatan, hari pertama saya membuat blog dan memilih nama yang cukup sederhana, tapi menurut saya sangat menggambarkan diri saya yaitu "Story of My Life". Blog yang  berisi tentang pengalaman saya sebagai difabel karena kelainan langka Friedreich's Ataxia. Menceritakan bagaimana seorang perempuan difabel pengguna kursi roda menjalani kehidupan sehari-hari di tengah keterbatasan yang dimiliki. Menghadapi stigma negatif yang masih melekat pada difabel. Perlakuan diskriminasi hingga tidak aksesnya sarana publik di Indonesia. Blog juga saya jadikan media untuk berbagi tips seputar dunia literasi, portofolio karya-karya saya yang dimuat di media cetak ataupun ketika menjadi pemenang sebuah perlombaan. 


Tantangan Ngeblog

Menulis di blog memang tidak semudah seperti menulis di diary. Saat menulis di diary saya bisa bebas menuliskan apa saja. Ketika menulis di blog, banyak hal yang saya pikirkan. Apakah tulisan saya ada yang membaca? Bagaimana jika tulisan saya mendapat komentar negatif dari pembaca. Bahkan saya sempat ragu untuk memublikasikan karya saya. Namun, saya segera menepis keraguan itu saat teringat tujuan saya menulis di blog. 

Perjalanan ngeblog saya memang tidak selalu berjalan lancar. Kelainan langka yang saya miliki bersifat progresif dan degeneratif. Tidak hanya menyerang motorik kaki. Seiring berjalannya waktu memengaruhi motorik tangan. Tangan saya mengalami kontraktur. Saya hanya bisa mengetik menggunakan satu jari saja yaitu jari telunjuk kanan. Hal itu menyebabkan saya kesulitan untuk mengetik dalam jangka waktu lama dan cepat. Saya membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan sebuah tulisan daripada non difabel. Jika blogger non difabel bisa menyelesaikan tulisan dalam jangka waktu satu jam misalnya, saya perlu dua jam bahkan lebih. Selain itu, saya tidak bisa duduk lama di depan laptop. Badan saya jadi cepat capai dan mata meniadi lelah jika terlalu lama menatap layar laptop. Jika kondisi badan menurun, mau tak mau saya harus rehat menulis. Padahal di dalam hati keinginan untuk menulis sudah menggebu-gebu. 


Bergabung di Komunitas Gandjel Rel

Untuk menulis di blog bisa dilakukan seorang diri, tapi untuk menjadi blogger harus bergabung dengan komunitas blogger. Karena baru terjun di dunia blogger, pengetahuan yang saya miliki hanya saya dapat dari internet dan YouTube. Saya juga tidak punya teman blogger. Karena alasan itulah saya mencari info seputar komunitas blogger di Facebook. Pokoknya setiap ada grup blogger di Facebook, saya mengirim permintaan untuk bergabung. 

Setelah bergabung dengan komunitas blogger, wawasan saya jadi bertambah. Ternyata untuk ngeblog itu butuh guru atau tutor, karena ngeblog bukan cuma sekadar menulis. Blog itu memiliki banyak fitur di dalamnya. Dari aspek SEO, riset keyword, membuat infografis pendukung, dan fitur-fitur lainnya.

Di akhir tahun 2015, saya bertemu dengan teman blogger. Walaupun hanya di dunia maya, dialah yang memberi motivasi agar mendaftar ke Google Adsense dan membimbing hingga diterima Google Adsense. Di komunitas blogger pula menjadi pintu pembuka bagi saya untuk meng-update informasi-informasi seputar blogging dan literasi. Mulai dari informasi lomba blog, challenge blog hingga gathering atau event blogger. Alhamdulillah, dari berbagai lomba blog yang pernah saya ikuti bisa membuat saya jadi pemenang.

Salah satu komunitas blog tempat saya bergabung adalah Gandjel Rel yaitu sebuah komunitas blogger perempuan Semarang yang didirikan pada tanggal 22 Februari 2015 oleh Mbak Dewi Rieka, Mbak Uniek Kaswarganti,  Mbak Wuri Nugraeni, Mbak Rahmi Aziza dan Mbak Lestari.

Gandjel Rel mengusung tagline "Ngeblog ben rak ngganjel", yang artinya tujuan ngeblog agar tidak ada yang mengganjal di pikiran dan dapat mengutarakan isi hati. Wah, tentu tagline ini sesuai dengan tujuan awal saya menulis blog yaitu mencurahkan apa yang ada di pikiran.

Meski sudah bergabung selama dua tahun di Gandjel Rel pada bulan Februari 2023. Namun sayang sekali saya belum mempunyai kesempatan untuk bertemu secara langsung. Pengen banget ketemu dan kumpul-kumpul bareng. Saling kenal satu sama lain. Saat ingin hadir, ada saja halangannya. Misalnya tidak ada teman atau anggota keluarga yang bisa mendampingi. Selain itu saya harus memikirkan aksesibilitas tempat kegiatan. Apakah tempat tersebut akses untuk pengguna kursi roda? Meski begitu saya ikut senang melihat kebersamaan antar anggota Gandjel Rel melalui foto-foto juga video yang dibagikan di grup. 

 

Dampak Positif Ngeblog

Seiring berjalannya waktu, blog saya mulai tumbuh. Saya sering mendapat pesan baik di email, Instagram maupun Facebook dari para pembaca. Saya pernah mendapat pesan dari seorang ibu yang memiliki putra dengan kelainan langka. Ibu tersebut menjadi mempunyai harapan untuk merawat putranya saat membaca tulisan saya di blog. Suatu hari saya juga menerima pesan dari seorang teman yang sedang berjuang melawan sakitnya. Melalui pesan, ia menjadi semangat kembali karena membaca perjuangan hidup saya dengan kelainan langka Friedreich's Ataxia. Beberapa di antara para pembaca ada yang meminta tips dan trik agar tulisan mereka bisa dimuat di media. Ya, selain berbagi pengalaman. Blog juga saya jadikan media untuk mendokumentasikan karya-karya saya yang dimuat di media cetak lokal maupun nasional. Tak hanya itu saja, blog saya juga menjadi "jendela" bagi orang lain untuk melihat dunia difabel dengan perspektif yang berbeda. Menjadi "penghubung" antara teman-teman difabel dan non difabel.

Karena menulis di blog, saya juga menerima undangan untuk berbicara di acara-acara motivasi dan advokasi. Juga memberikan pelatihan menulis. Suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bisa berbagi cerita di forum-forum yang lebih besar. Saya juga mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan berbagai organisasi yang bergerak di bidang inklusi sosial dan hak-hak difabel. Ini semua adalah hal-hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Padahal awalnya saya menulis di blog dengan tujuan pribadi. Namun dampaknya sangat luar biasa dan  jauh lebih luas daripada yang pernah saya bayangkan. Saya merasa terhubung dengan komunitas yang lebih besar. Saya merasa menjadi manusia yang bermanfaat dan mempunyai arti untuk orang lain.


satu-dasawarsa-perjalanan-blogger-difabel
Pesan dari pembaca 


 

satu-dasawarsa-perjalanan-blogger-difabel
Memberikan motivasi dan pelatihan menulis untuk adik-adik kelas 1 dan 2 SD Islam Hidayatullah 02 Semarang (Foto : Dok. Pribadi)

 

Bahkan dari menulis di blog bisa membawa saya terbang menggapai mimpi. Pada tahun 2022, saya meraih Juara 1 Tingkat Nasional Kompetisi TIK untuk Disabilitas Piala Menteri Komdigi. Masya Allah, siapa sangka, dari ikut kompetisi dan menjadi juara adalah langkah awal saya meraih mimpi. Sebagai Juara 1, saya berhak mengikuti benchmarking ke Korea Selatan pada bulan Oktober 2023. 

 

satu-dasawarsa-perjalanan-blogger-difabel
Menikmati pemandangan Sungai Han, Korea Selatan (Foto : Dok. Pribadi)

 

ASUS Menemani Perjalanan Ngeblog

satu-dasawarsa-perjalanan-blogger-difabel
Notebook ASUS pemberian Bapak Ganjar Pranowo yang sekarang tinggal kenangan (Foto : Dok. Pribadi)

 

Untuk menulis di blog, saya lebih nyaman menggunakan laptop. Selain layarnya lebih lebar, keyboard-nya pun lebih nyaman untuk mengetik daripada smartphone, sehingga memudahkan untuk menulis konten blog yang panjang.

Saya ngeblog menggunakan Notebook ASUS pemberian dari Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo atas prestasi menulis yang sudah saya capai, saat acara Positive Youth Development, 19 September 2018 di gedung Gradhika, Semarang. 

Notebook ASUS tersebut menjadi teman setia perjalanan saya menulis. Usianya pun tidak lagi muda. Tahun demi tahun mengalami penurunan fungsi. Mulai dari baterainya yang cepat habis. Jadi kalau menulis harus sambil dicas. Kursornya suka loncat-loncat jika digunakan. Hingga akhirnya notebook tersebut rusak. Tidak bisa menyala sama sekali. Saya pernah pergi ke tukang service dan menanyakan biayanya. Ternyata mahal. Malah tukang servis tersebut menyarankan saya untuk membeli laptop baru daripada diservis, karena biaya servisnya hampir sama dengan sebuah laptop baru.

"Duh, bagaimana ini? Bagaimana saya akan menulis nantinya? Apakah saya harus berhenti menulis karena tidak punya laptop?" tanya saya dalam hati. Membeli laptop tidaklah murah bagi saya. Budget yang saya miliki belum cukup untuk membeli laptop baru. Tak menyerah, akhirnya saya memutuskan untuk tetap menulis meski menggunakan handphone. 


satu-dasawarsa-perjalanan-blogger-difabel
ASUS Vivobook S 14 OLED (Foto : IG asusid)


Tentu saja saya mempunyai harapan agar mempunyai laptop baru. Laptop impian saya saat ini salah satu varian laptop ASUS yaitu ASUS Vivobook  S 14 OLED. Bukan tanpa alasan ASUS Vivobook S 14 OLED menjadi laptop incaran saya untuk menunjang produktivitas menulis. Laptop ini menjadi pilihan yang tepat bagi saya, seorang difabel  yang membutuhkan laptop yang aksesibel, fungsional, dan mudah digunakan.

Laptop yang ramping dengan ketebalan 13,9 mm dan bobot 1,3 kg ini sangat ringan sehingga mudah dibawa dan digunakan oleh difabel dengan keterbatasan mobilitas. Keyboard yang dirancang secara ergonomis, dapat memberikan rasa nyaman dan responsif, memudahkan difabel dengan gangguan motorik untuk mengetik dan berinteraksi dengan laptop. Pengaturan kecerahan dan kontras pada layar sesuai kebutuhan penggunanya. Dan baterai yang tahan lama yang bisa digunakan hingga 16 jam.

Seperti halnya notebook ASUS yang sudah menemani perjalanan ngeblog saya dan harus terhenti pada tahun 2023 karena usia. ASUS juga memberi dukungan dan menemani perjalanan komunitas blogger di Indonesia, baik secara online maupun offline sejak tahun 2015 seperti ASUS blogger gathering yang mempertemukan komunitas blogger dengan tim ASUS, serta memberikan kesempatan bagi blogger untuk mencoba produk-produk ASUS terbaru, berkolaborasi dengan influencer hingga mengadakan workshop dan pelatihan.

Tak terasa, sudah satu dasawarsa perjalanan saya sebagai blogger difabel. Saya akui, perjalanan ngeblog saya mengalami naik turun. Ada kalanya saya rajin untuk menulis. Namun, ada pula waktunya saya tidak menulis. Entah karena kondisi kesehatan yang tidak mendukung, kesibukan menjalankan aktivitas sehari-hari yang menyita tenaga, waktu dan pikiran.

Semoga Allah selalu memberi kesehatan sehingga saya bisa terus menulis. Berbagi cerita dan pengalaman hidup. Menjadi perantara untuk menyuarakan isu-isu terhadap difabel. Saya ingin blog saya bisa menjadi tempat di mana orang bisa belajar, berdiskusi, dan terinspirasi. Saya juga berharap bisa berkolaborasi dengan lebih banyak pihak untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, ramah dan akses untuk difabel.

 

 

Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel





You Might Also Like

0 komentar

Subscribe