Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Kata aksesibilitas berasal dari bahasa Inggris (accessibility) yang artinya kurang lebih kemudahan.
Ada dua macam aksesibilitas yaitu aksesibilitas fisik dan aksesibilitas non fisik. Aksesibilitas fisik adalah aksesibilitas terkait dengan infrastruktur bangunan dan lingkungan, seperti gedung, website. Aksesibilitas non fisik terkait dengan lingkungan sosial, seperti etika interaksi, penyampaian informasi, teknologi.
Pemenuhan aksesibilitas adalah hak dasar semua orang yang dibangun dengan tujuan menciptakan layanan yang adil untuk semua lapisan masyarakat. Aksesibilitas juga satu kunci dalam membangun lingkungan yang inklusif secara alami. Lingkungan yang aksesibel tidak hanya mempermudah mobilisasi dan aktivitas penyandang disabilitas, tapi juga orang berkebutuhan khusus, seperti ibu hamil, orang tua yang membawa troli, atau lansia. Aksesibilitas juga membentuk kemandirian dan meningkatkan partisipasi orang berkebutuhan khusus di masyarakat, termasuk penyandang disabilitas.
Meskipun sarana dan prasana di area publik belumlah akses. Namun tidak membuat saya berhenti untuk mandiri. Karena bagi saya kemandirian bagi seorang disabilitas berasal dari kemauan disabilitas itu sendiri.
Juara Kompetisi TIK Regional 3 untuk Disabilitas 2022 BAKTI KOMINFO
Tanggal 24 September 2022, saya mengikuti Kompetisi TIK Nasional bagi disabilitas Regional 3 yang diadakan oleh BAKTI Kementerian Kominfo. Ternyata dari kompetisi tersebut saya berhasil meraih juara 1 regional 3 dari Jawa Tengah dan berhak mengikuti kompetisi tingkat Nasional pada tanggal 13 - 18 Oktober 2022 di Jakarta. Wow, sungguh kabar yang sangat menggembirakan. Namun di sisi lain saya juga tidak pernah menyangka akan meraih juara 1. Bagaimana tidak, peserta yang mengikuti kompetisi tersebut berjumlah ribuan orang.
Saat panitia menghubungi saya untuk meminta konfirmasi ketersediaan saya berangkat ke Jakarta. Saya sempat dilanda kegalauan. Setelah berdiskusi dengan pihak keluarga, ternyata mereka tidak bisa mendampingi saya karena satu dan lain hal.
"Duh, sayang sekali jika saya tidak ikut kompetisi TIK Nasional yang diadakan oleh BAKTI Kominfo karena tidak semua orang mendapatkan pengalaman tersebut," pikir saya dalam hati.
Kemudian saya mencoba lagi untuk berdiskusi dengan Ibu.
"Pokoknya saya harus berangkat ke Jakarta," tekad saya kuat.
Ibu lalu memberikan solusi, mencoba jalan agar saya bisa tetap bisa ke Jakarta tanpa didampingi Ibu. Ibu menyarankan dan mencoba meminta Ibu Noviana Dibyantari, founder dan inisiator Komunitas Sahabat Difabel-- komunitas tempat saya bergabung untuk mendampingi saya ke Jakarta. Akhirnya saya memberanikan diri. Alhamdulillah, beliau bersedia mendampingi. Segera saya memberitahu kabar bahagia tersebut kepada Ibu saya. Begitu menyampaikan kabar tersebut, Ibu terlihat lega. Namun saya bisa melihat raut kekhawatiran pada wajah Ibu.
"Ada apa Bu?" tanya saya ragu.
"Selama ini kamu belum pernah pergi jauh tanpa ibu. Apalagi sampai 6 hari," jawab Ibu lirih.
"Insya Allah aku bisa bu. Kalau bukan sekarang kapan lagi. Ini saatnya aku belajar mandiri."
Bukanlah hal yang mudah untuk meyakinkan ibu. Saya mengerti perasaan beliau. Namun melihat keinginan yang kuat, ibu melepas saya pergi ke Jakarta.
Begitu restu beliau saya dapat. Segera saya menghubungi panitia untuk mengkonfirmasi kehadiran saya beserta pendamping. Lagi lagi menuju proses kemandirian itu bukanlah hal yang mudah. Terlebih masalah aksesibilitas. Tidak semua maskapai penerbangan menyediakan pelayanan yang ramah dan akses bagi penyandang disabilitas. Saya berdiskusi dengan pihak panitia tentang kekhawatiran yang saya rasakan. Alhamdulilah pihak panitia mengerti dan akan menyediakan maskapai yang aksesibel bagi penyandang disabilitas fisik pengguna kursi roda seperti saya.
Perjalanan Menuju Jakarta
Hari yang ditunggu pun tiba, Kamis 13 Oktober 2022 adalah jadwal keberangkatan saya ke Jakarta. Saat berada di bandara menuju keberangkatan, seorang petugas maskapai penerbangan, Garuda Indonesia menghampiri saya dan mengarahkan menuju pelayanan khusus penyandang disabilitas. Saya dilayani dengan ramah. Petugas mendorong kursi roda menuju sky prioritysambil menunggu jadwal keberangkatan tiba. Untuk menuju ke pesawat saya melalui garbarata. Sebelumnya keberangkatan saya ke Jakarta yang pertama kali ke Jakarta, kursi roda saya harus diangkat untuk naik ataupun turun tangga. Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada kepedulian baik dari pihak pemerintah ataupun swasta untuk aksesibiltas bagi penyandang disabilitas. Dengan adanya aksesibilitas, penyandang disabilitas pun bisa mandiri bisa pergi kemanapun mereka mau.
Menunggu di ruang sky priority sebelum jadwal keberangkatan ke Jakarta (Foto : Dok. Pribadi) |
Proses pindah dari kursi roda pribadi ke kursi roda milik maskapai penerbangan agar bisa masuk ke dalam pesawat (Foto : Dok. Pribadi) |
Dibantu petugas bandara lewat garbarata menuju ke pesawat (Foto : Dok. Pribadi) |