Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar penunggu pohon? Apa kamu berpikir tentang sesuatu yang menyeramkan atau berhubungan dengan hal mistis? Itulah yang teman-teman saya katakan saat mengetahui tulisan saya berjudul Penunggu Pohon dimuat di rubrik Ah Tenane, Solopos, Selasa, 03 November 2020. Mereka bilang jika tulisan saya bergenre horor. Padahal sama sekali tidak ada hubungannya dengan cerita berbau horor. Kamu penasaran? Yuk baca ceritanya!
PENUNGGU POHON
Oleh : Yeni Endah
Lady Cempluk memiliki hobi berkebun. Di tengah kesibukannya sebagai pekerja kantoran, ia selalu menyempatkan waktu untuk mengurus kebunnya. Di halaman rumahnya ditumbuhi berbagai macam pepohonan.
Lady Cempluk merawat kebunnya dengan penuh kasih sayang seperti merawat anak kandungnya sendiri. Ia juga sering mengajak ngobrol tanaman yang ia rawat agar tumbuh subur dan berbuah. Ketelatenannya membuahkan hasil. Pohon-pohon yang ia tanam selalu berbuah lebat tiap tahunnya. Namun ada satu pohon yang belum berbuah sekalipun selama 3 tahun.
“Apa ana sing salah aku ngrewat wit pelem kae ya, Pak?” ucap Lady Cempluk pada suaminya, Jon Koplo sambil memperhatikan pohon mangga cangkokan yang ia tanam dan rawat, tapi belum berbuah sekalipun dari teras.
“Padahal buah rambutan cangkokan sing tak tandur 3 tahun kepungkur, saben tahun uwoh lho, Pak.” Cempluk heran.
“Ya wis. Mending ditegor wae, Bu,” usul Koplo.
“Ojo, Pak. Eman-eman.”
Lady Cempluk tak menyerah. Ia berusaha agar pohon mangga cangkokannya berbuah. Sudah seminggu ini Cempluk melakukan ritual pagi sebelum berangkat ke kantor. Ia berdiri di bawah pohon mangga sambil mengelus-elus batangnya.
Baca juga : Cara Mengirim Tulisan ke Rubrik Ah Tenane Solopos
“Ibu iki lagi apa ta? Komat-kamit ngono,” tanya Koplo penasaran.
“Ibu lagi berdoa, Pak.”
“Berdoa apa, Bu? Berdoa kok ning ngisor wit?”
“Berdoa supaya pohon mangga ini berbuah, Pak. Nyuwun marang Gusti Allah, mugi Allah mengijabahi.”
“Oalah Bu, ana-ana wae. Ibu malah bisa dikira penunggu pohon mangga karena berdiri tepat di bawahnya,” kata Koplo lalu tertawa.
Sejak saat itu, Cempluk tak lagi melakukan ritual paginya. Ia pasrah. Mau berbuah atau tidak yang penting Cempluk sudah merawat pohon mangganya dengan baik. Meski belum berbuah, rindangnya pohon mangga bisa sebagai penyejuk udara dan peneduh saat panas.
SELESAI