Dimuat di Nusantara Bertutur, Kompas Edisi Minggu, 04 Maret 2018
Alhamdulillah,
awal bulan Maret mendapat kabar manis. Cernak saya “Serupa Tapi Tak Harus Sama”
dimuat di Nusantara Bertutur, Kompas.
Edisi Minggu, 04 Maret 2018.
Saya membuat
cernak ini, terinspirasi dari beberapa pasang teman kembar saya. Ya walau
kembar, serupa tapi kalau dicermati dengan seksama tentu ada bedanya. Misalnya yang satu ada tahi lalat di bawah bibir. Atau
yang satu rambutnya lurus dan yang satu lagi rambutnya keriting hehe ... Tak
hanya wajah tapi hobbi dan bakatpun tak harus sama pula.
Terima kasih
Mas Heru untuk informasi pemuatannya.
Silakan membaca cernak saya ya teman-teman ...
SERUPA TAPI TAK SAMA
Oleh
: Yeni Endah
Bunda heran
melihat sikap Ratna, setelah makan siang ia langsung masuk ke dalam kamar dan
seharian mengurung diri.
“Ada apa dengan
Ratna? Kalian sedang bertengkar?” tanya bunda pada Retno saudara kembar Ratna.
“Kami tidak
bertengkar Bun,” jawab siswi kelas 4 di sebuah sekolah dasar di Semarang, Jawa
Tengah.
“Tapi kalian
kok saling diam begitu,” tanya bunda lagi.
“Tidak tahu,
Bun. Ratna jadi cemberut setelah pengumuman lomba menulis. Aku dapat juara 1
Bun, tapi Ratna tidak juara. Mungkin Ratna marah sama aku Bun, karena kalah
lomba.” Retno tertunduk sedih.
“Ratna nggak
marah sama Retno kok. Ratna cuma sedih karena belum bisa jadi juara lomba
menulis. Nanti Ratna juga akan ceria lagi,” hibur Bunda.
***
Sore harinya, “Ratna,
tidak baik lho marahan sama Retno. Kalian itu bersaudara. Jadi harus akur dan
saling menyayangi satu sama lain,” ujar Bunda lembut pada Ratna.
“Aku kesal Bun,
sama temen-temen di sekolah yang selalu membanding-bandingkan aku sama Retno.
Seperti pagi tadi di sekolah, waktu Retno menjadi juara 1 lomba menulis. Karena
kami kembar. Teman-teman menganggap aku juga harus jadi juara seperti Retno,”
jelas Ratna.
“Sayang, kalian
memang kembar. Wajah boleh serupa, tapi prestasi kalian tak akan selalu bisa
sama," ungkap bunda pada Ratna dan juga Retno.
“Maksud Bunda?”
tanya Ratna dan Retno bebarengan.
“Di dunia ini
tidak ada bakat atau kelebihan yang Tuhan ciptakan sama persis meskipun kembar.
Jika Retno berbakat menulis, pasti Ratna juga punya bakat di bidang yang lain.”
“Kira-kira apa
bakatku, Bun?” tanya Ratna penasaran.
Bunda terdiam
sejenak, “Coba Bunda tanya. Lukisan-lukisan yang tergantung di dinding kamar
kalian siapa yang buat?”
“Aku, Bun,”
Ratna tunjuk jari.
“Nah jadi bakat
Ratna melukis dan Retno menulis.”
“Iya Bun,” jawab
Ratna dan Retno kompak.
“Bunda punya
ide. Gimana kalau kedua bakat kalian disatukan. Berkolaborasi dalam karya.” Bunda
lalu keluar kamar sejenak dan kemudian kembali dengan sebuah majalah anak-anak
di tangannya.
“Di majalah ini
ada lomba komik untuk anak-anak. Bagaimana kalau Ratna yang membuat ilustrasi
gambarnya dan Retno yang menulis, membuat jalan ceritanya,” ujar Bunda sambil
menunjukkan pengumuman lomba komik tersebut kepada kedua putri kembarnya.
“Setuju, Bun,” seru Ratna dan Retno antusias.
***
Sebulan
kemudian, bunda membawa kabar gembira. Komik hasil karya kolaborasi Ratna dan
Retno berhasil menjadi pemenang lomba.
Ratna yang
pandai melukis dan Retno yang pandai menulis, kalau keduanya bersatu, ternyata
bisa menghasilkan karya yang memperoleh penghargaan yang membanggakan. Ibarat
pepatah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
SELESAI
Sumber Foto : (Kompas Klasika, Ilustrasi : Regina Primalita)