CUCI PARU-PARU

November 21, 2017

Dimuat di Nusantara Bertutur Kompas, 19 November 2017



Alhamdulillah …  Akhirnya usaha saya untuk tembus di Nusantara Bertutur berhasil juga. Cernak saya “Cuci paru-paru” dimuat di Kompas 19 November 2017.

Jangan ditanya bagaimana perasaan saya. Pasti senengg bangetttt …. Karena saya sudah mulai mengirim cernak ke NuBi sejak bulan Mei. Setiap bulan ketika NuBi membuat tema yang berbeda saya selalu kirim, tapi belum berhasil tembus juga. Tapi saya tidak patah arang, justru saya semakin semangat buat kirim. Kirim naskah ke NuBi ada tantangan tersendiri buat saya karena biasanya kalau saya nulis cernaksekitar 500-700 kata, tapi kalau di NuBi sekitar 400 kata. Jadi sering kepanjangan kalau nulis hehe ...

Saya dapat berita pemuatan Cernak saya ini dari Mas Heru Prasetyo. Waktu itu saya kasih ucapan selamat ke Mbak Artie yang karyanya juga dimuat di Koran. Lalu Mas Heru memberi kabar tersebut.

Rasanya nggak percaya waktu dapat kabar. Langsung minta tolong Ibu buat cari korannya. Alhamdulillah dapat, dan itupun korannya tinggal satu.

Pengalaman pertama dimuat di Kompas ada sedikit kesalahan penulisan nama. Nama saya ditulis Yenu Endah hikssss … saya langsung kirim konfirmasi ke pihak NuBi tentang kesalahan penulisan nama ini.

Dengan termuatnya cernak saya di Kompas semakin membuat saya semangat menulis.

Dan kali ini saya mau sharing tulisan saya yang dimuat di Kompas. 

CUCI PARU-PARU
Oleh : Yeni Endah


Minggu pagi, Dhini diajak pergi Kak Ratna ke hutan pinus Mangunan, Yogyakarta. 

Ayo dik, cepetan ganti bajunya. Nanti keburu siang. Nanti kita nggak bisa cuci paru-paru lho kalau matahari sudah beranjak naik. Dan kalau sudah siang keburu banyak orang yang datang.”

Hah, cuci paru-paru. Gimana caranya Kak? Apa seperti yang dilakukan mama saat mencuci baju. Pakai detergen,” tanya Dhini polos.

Hahaha ...,” Kak Ratna tertawa mendengar pertanyaan Dhini. “bukan seperti itu cara mencuci paru-paru kita. Banyak polusi yang kita hirup dari udara kotor dan juga dari asap rokok ataupun knalpot kendaraan yang kita jumpai. Sehingga menyebabkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan paru-paru. Ini nanti kita cuma pergi ke tempat dimana ada banyak pohon pinus lalu jalan-jalan keliling hutan sebentar, dan menghirup aroma pinusnya dalam-dalam. Oksigen disekitaran pohon pinus itu seger banget jadi akan membersihkan paru-paru dari dalam. Kalau paru-paru kita bersih, darah yang terpompa ke otak juga bersih, perasaannya juga jadi lebih tenang,” jelas Kak Ratna.

***

Dhini berdecak kagum ketika sampai di hutan pinus Mangunan. Ia melihat banyak pohon pinus yang menjulang tinggi dan juga udara segar yang dapat ia hirup. Menikmati suara alam dari pohon yang bergoyang ditambah suara burung yang saling bersahutan. Dhini pun mengitari satu persatu pohon pinus yang ia jumpai.

Jadi ini yang kakak maksud dengan cuci paru-paru. Tapi sayang banget ya kak, kita bisa ke sini cuma hari minggu aja,” ucap Dhini lirih.

Kamu nggak usah khawatir Dik. Kita bisa kok melakukannya di lingkungan rumah kita. Asal kita mau saja menciptakan lingkungan yang asri.”

Oh ya, gimana caranya? Dhini mau Kak,” sahut Dhini penuh antusias.

Dhini harus menanam pohon.”

“Pohon apa Kak?”

“Pohon apa saja bisa kita tanam, Dik. Menanam pohon memiliki banyak manfaat bagi manusia contohnya saja pohon berfungsi untuk berteduh di siang hari, pohon juga berfungsi untuk mencegah banjir dan tanah longsor, selain itu pohon memberikan keindahan pada lingkungan kita.”

Dhini mengangguk, tanda mengerti.

Kak, nanti kalau pulang kita mampir ke toko tanaman ya. Dhini mau beli bibit pohon. Boleh kan kak?” pinta Dhini.

Tentu boleh dong. Dik.”

Terima kasih Kak.” Dhini memeluk kak Ratna erat.

Kemudian Kak Ratna menggelar tikar dan duduk bersama Dhini, memakan bekal yang mereka bawa dari rumah sambil menikmati pemandangan hutan pinus.

SELESAI



You Might Also Like

0 komentar

Subscribe